15 Februari 2015

Mbok Turah

Kita seharusnya gundah dengan dinamika politik saat ini atas apa yang terjadi pada pemerintahan Jokowi. Namun kita harus percaya bahwa Presiden Jokowi bukanlah sosok yang mudah terkungkung kekuasaan. Ia akan segera keluar dari kerangkeng rasa amannya dan menyelesaikan segala persoalan satu per satu. Seratus hari memerintah cukup bagi presiden untuk menimbang siapa para loyalis, oportunis dan penghianat, baik yang berada di pemerintahan maupun di luar pagar pemerintahan.
Terus bagaimana tugas seorang pemimpin disaat seperti ini? Saat ini secara simbolik pemimpin harus menjadi Mbok Turah. Menjadi mbok (baca : ibu) dan turah (tak pernah kekurangan) dalam memberikan kasih saying dan menghidupi anak-anaknya, yaitu seluruh bangsa, secara adil. Sebaliknya, ia akan mengambil segala resiko untuk melindungi anak-anak dan Tanah Air-nya.


Dalam perspektif budaya politik, kini saatnya bagi Presiden Jokowi menerapkan prinsip suro diro joyo ningrat lebur dening pangastuti (segala kesaktian dan kehebatan akan kalah oleh kelembutan). Lembut bukan berarti tidak adil dan tidak tegas. Itu juga sifat otentik dari Mbok Turah.
Dalam konstruksi seperti itu, langkah awal yang harus dilakukan Jokowi adalah mengukuhkan kembali komunikasi dengan Megawati Soekarnoputri. Suka atau tidak, dari PDIP Jokowi menapak ranah politik kekuasaan. Sejak pelantikan Kabinet Kerja, siapa pun yang mencermati gerak politik Indonesia akan menangkap merenggangnya hubungan mereka.
Sebelum memang santer ada isu miring bahwa Jokowi hanya sebagai boneka. Ini sama dengan isu yang menghebat akhir-akhir ini, yaitu Megawati akan “di-KPK-kan” menyangkut kebijakan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang ia gulirkan ketika menjadi presiden, sedangkan gembpuran isu yang menghampiri Jokowi adalah ia akan dimakzulkan oleh Megawati.


Secara politik, isu itu dapat ditempatkan secara variable disinformasi yang sengaja diolah dan ditebar oleh suatu kalangan politik guna menjauhkan relasi kedua tokoh tersebut. Tujuannya sederhana apabila hubungan mereka berjarak, apalagi berkonflik, peluang untuk “mengontrol” Jokowi dari pintu mana pun akan terbuka.
Kemudian, disinformasi itulah yang menjadi pemicu munculnya fenomena Budi Gunawan sebagai calon Kepala Polri, Bambang Widjojanto menjadi tersangka, dan hiruk pikuk lain menyangkut hubungan Polri-KPK yang di mata public hubungan kedia institusi penegak hukum tersebut sudah dianggap gontok-gontokan. Akibatnya, hampir seluruh gerak dan eksekusi kebijakan pemerintah melamban dan sebagian besar masyarakat bingung serta merasa tersia-sia.
Hubungan Megawati-Jokowi sebagai titik pijak guna mencermati arah politik nasional tiga bulan terakhir, Terlepas dari semua kelemahan dan kekurangan Megawati, dia adalah politisi paling tangguh saat ini karena memiliki pengalaman politik paling lengkap sejak kecil-anak presiden, ketua umum partai, pernah menjadi wakil presiden dan presiden, serta “melahirkan” presiden. Ia juga pernah di telikung jika tidak boleh disebut dikhianati oleh orang-orang yang sebelumnya dia percaya.
Bacaan politik Megawati, dengan demikian akan sangat diperhitungkan lawan. Kedekatan Megawati dan Jokowi akan mempersempit ruang maneuver mereka. Oleh sebab itu hubungan tersebut harus diperlemah, bahkan kalau bisa diputus. Tanpa itu, upaya untuk mempengaruhi Jokowi lebih bersifat utopis dari pada realistis. Juga sulit untuk menyusun skenario mengubah bangunan politik kekuasaan.
Dengan buruknya komunikasi Megawati-Jokowi, misalnya, pihak-pihak yang berkehendak mempunyai peran dominan dilingkaran kekuasaan bisa meyakinkan Jokowi bahwa apabila Megawati dan PDIP keras kepala, arah politik bisa diubah. Dengan istilah lain, ketika presiden melakukan perombakan cabinet, menteri yang berasal dari Koalisi Indonesia Hebat (KIH) bisa diganti oleh figure-figur yang berasal dari Koalisi Merah Putih (KMP). SIngkatnya, dalam konfigurasi politik baru itu, KMP menjadi partai pemerintah dan KIH menjadi partai oposisi. Kaki keuasaan berubah, tetapi presidennya sama.
Oleh sebab itu, untuk mencegah ketidak pastian politik dan meluasnya spekulasi public, ibarat Mbok Turah yang tidak pernah lelah menyayangi dan memberi, langkah yang perlu segera dilakukan Jokowi pekan ini adalah secara lembut dan tegas mengukuhkan kembali eksistensi Polri dan KPK. Lalu, Jokowi harus berkomunikasi dengan Megawati sekaligus mempertegas komitmennya untuk mempertahankan hak prerogatifnya sebagai Presiden Republik Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan tinggalkan komentar anda, bila tidak memiliki akun, bisa menggunakan anonim...