27 Februari 2015

Utilization of Money Waste As An Alternative Fuel (PEMANFAATAN LIMBAH UANG KERTAS SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF)



Researcher : Ahmad Gerri N (111210027) and Muhammad Rafif S (111210016)
Adviser : Fendi Rohmawan
School : SMA Pribadi Bilingual Boarding School Depok
Competition : Indonesian Science Project Olympiad 2014

  
Money is used generally by the public as a payment tool. The overused  money can be damaged so it is unfit for use. Therefore, every central banks around  the country  replaces the damaged money regularly and pile them as trash. Hence, an environmental issue is generated; an excessive piling of money waste.
On the other hand, the use of coal and wood for industrial purposes also causes its own environmental problems. Coal which has been relied upon as a source of energy for the manufacturing process remains waste that is difficult to deal with from  its combustion. While the use of firewood for large industrial demands a large amount of natural wood.
The solution to these problems is to utilize waste paper money as an alternative fuel. However, the problem  is, (1) What is the best way to produce briquettes of waste of  money? (2) Can the effectiveness of  briquette of  money waste compete with coal and firewood? (3) Will the price of money waste briquettes be affordable and can be generally used?
We do our research by testing the proxymate analysis and ultimate analysis of each briquette we make, comparing money waste briqquete with firewood and coal by doing combustion  test, and doing a price comparison analysis.
According to our research, it is found that the best way to produce briquettes of money waste is by using a pressing machine and by using a mixture of PVCa glue. Because the result is more practical and  neater. Compared with coal and firewood, waste money briquettes is up to par. Besides being more environmentally friendly because the ash level is low (4.74%), use of money waste briquettes for industrial use also can save as much as 20% cost compared to firewood and 60% cost compared to coal

 Full papers can be downloaded here

RECYCLING OF USED OIL USING WASTE BANANA PEEL (DAUR ULANG PELUMAS BEKAS MENGGUNAKAN LIMBAH KULIT PISANG)


Researcher : Andhika Dwi A  (NIS : 121310011)  and Yoga Hutomo P (NIS : 121310020)
Adviser : Fendi Rohmawan
School : SMA Pribadi Bilingual Boarding School Depok
Competition : Indonesian Science Project Olympiad 2014

Over time, the growth of world population is rapidly increasing, one of them is in Indonesia. At the same time, growth in the industrial sector was growing rapidly is automatically participate because it is influenced by the growing human needs in various fields. In the industrial sector, for example in the automotive repair shop or in other industries that use machine as a tool works, it takes a lubricant (oil) so that the engine can run well and hassle free. The use of oil in the community, too, increases with increasing community needs for vehicles from year to year. Then, the problem is how will the waste oil that has been used can be processed after use, where waste oil is included in the B3 waste (Hazardous and Toxic Materials).
            Today reserves of petroleum energy sources which is the base material for the manufacture of lubricating oil feedstock decreases. It has led to develop the processing technology of petroleum products in good way. We found one solution to overcome this problem is to recycle used oil using waste banana peel to produce lubricating base (base oil).
            The purpose of this project is to be able to recycle the used oil using a medium that is cheap and easily obtained in the form of waste banana peel. Waste banana peel that we normally throw in, in this way chemical content in it will be used to absorb pollutants and stabilize the color of the used oil. Absorbace relative for this experiment is 0.013.


Full papers can be downloaded here

25 Februari 2015

Poipet – Aranyaprathet : Melintas Batas Dengan Mobil Bak Terbuka

Tiga hari sudah waktu saya habiskan di Siem Reap dan total enam hari saya singgah di Kamboja. Rencananya pagi ini saya menuju Poipet untuk menyeberang ke Thailand dan menuju ke ibukota-nya, Bangkok.



Perjalanan Siem Reap ke Poipet dari informasi yang saya dapat memakan waktu hingga 6 jam perjalanan darat, jadi menggunakakan bus adalah pilihan paling jitu jika kita punya budget yang mepet. Atau kalo budget anda berlebih bisa memilih pesawat yang membutuhkan waktu sekitar 1 jam. 13 dolar harga normal untuk sleeper bus ke Bangkok. Untuk jadwal saya memilih waktu paling akhir, yaitu pukul 2 dini hari, yang pastinya akan mengirit anggaran nginep semalam. Satu lagi, kantor imigrasi kedua negara buka mulai pukul 8 pagi, jadi berangkat dari Siem Reap siang, bisa-bisa kita akan menginap semalam di emperan kantor imigraasi yang jauh dari kata representative untuk tidur atau sekedar rebahan… he4


Tepat jam 2 dini hari bus mulai melaju menuju Bangkok dari Siem Reap. Baru 15 menit bus jalan, dari yang tadinya ramai dengan obrolan tiba-tiba seisi bus yang berisi manusia bermacam ras ini pun terlelap tanpa ada suara.  He4, maklum , pelancong yang rata-rata backpacker ini pasti kelelahan, otomatis saya pun ikut tidur sudah berat rasanya mata ini.
Jam 8-an pagi, bus mendarat di depan Kantor Imigrasi Poipet dan kita langsung menuju ke dalam untuk cap-cap gituan. Turun dari bus, kita bakalan di tempelin plester merah, katanya buat penjemputan setelah dari kantor imigrasi, so… okelah. Setelah berada di dalam kantor, tepatnya emperan ternyata prosesnya ga ribet kok, ga perlu pake foto 4x6 atau 3x4 yang sering dibicarakan backpacker di forum-forum, walaupun kantornya ala kadarnya, tetapi sudah terdigitalisasi. Cuma passport doang yang dicek di mari. Habis dari kantor imigrasi Poipet, kita langsung menyeberang ke kota sebelah yang udah masuk wilayah Kerajaan Thailand. Ga jauh kok kotanya, hanya sekitar 4 atau 5 km dari Poipet.


Saya kira bus yang tadi mengantar kita bakalan nerusin perjalanan, eh busyet dah… ternyata kita harus naik mobil bak terbuka (pick up) menuju ke Imigrasi Aranyaprathet. Mereka (awak mobil) bilang ini hanya sementara, begitu kita keluar dari imigrasi Thailand kendaraan bakalan diganti kok.  
Setelah masuk Thailand suasana bakalan 180 derajad dari Kamboja, keadaan jalan, gedung pemerintahan dan fasilitas jauh lebih baik di sini. Proses imigrasi di Aranyaprathet mengular karena antrian berjejal. Hanya 3 loket yang dibuka, praktis ratusan pelintas batas harus rela ngantri panjang demi mengurus visa. Tapi, inilah spesialnya kita warga Indonesia kita melaju lebih cepat karena tak perlu mengurus Visa lagi, gratis-tis kok masuk Thailad. Kita hanya perlu mengisi blangko tentang nama, alamat tujuan dan lain-lain yang sudah biasa kita isi. Setalah mengisi blangko imigrasi dari cap passport, kita langsung dah keluar kantor. Tapi busyet lagi… kita dipaksa lagi naik pick up menuju ke terminal bus yang bakal mengantar kita ke Bangkok. Jadi dah nambah item…he4
15 menit kita jalan, akhirnya kita udah sampai di terminal Aranyaprathet, terminal kecil yang ga ada busnya… kita diminta turun dan menunggu bus jemputan menuju ke Bangkok, ga lama sih, setengah jam nunggu akhirnya mobil kita datang, iya mobil bukan bus. Jadi menuju ke Bangkok akan diteruskan dengan mobil minibus (van) kalo di Indonesia sangat familiar dengan merek “elf”. Yah gitu, wah kaco ni, kita bakalan kesulitan “selonjor” atau meluruskan kaki, bisa juga dipastikan bakalan desak-desakan karena selain penumpang kita pasti penuh dengan barang bawaan.. . so… selamat berhimpit-himpit ria… :-p. Tapi asyik kok, dengan keadaan seperti ini kita bakal ngerasa lebih puas dan berkesan, karena ada sedikit “derita” yang harus kita rasakan… he4

Ya udah, walaupun keadaan sangat menyiksa, tapi kalo hati kita tenang, kita tetep bisa menikmati perjalanan. Nah saya sampai tertidur dan bangun ketika transit di sebuah pom bensin di kota antah berantah, saya ga tau lokasi kita sekarang. Kata pak sopir, transit sekitar setengah jam, waktu yang cukup lama, saya keluar mau ngisi perut, dan Alhamdulillah, saya nemu SevenEleven, langsung deh saya cari makanan, tapi walaupun di tempat familiyar begitu, cari barang halal juga masih susah. Nah saya dapet beberapa barang halal nih, 1 botol air mineral, roti tawar dan biskuit merek Malaysia, ya udah belanja habis 50 baht atau 30 ribu, maklum dari pagi perut belum diisi. Nah satu lagi, karena muter sana ke mari saya g nemu masjid, saya putuskan sholat di ujung emperan sevel yang lumayan sepi. Yah darurat ga masalah. Jam 1 siang, perjalanan dilanjutkan kembali menuju Bangkok.

15 Februari 2015

Memuliakan Batu

Batu lama menempati posisi penting dalam kebudayaan manusia. Bahkan, jejak manusia pada batu bisa jadi penanda evolusi kebudayaan manusia. Zaman batu adalah era tertua dalam evolusi kebudayaan manusia di bumi. Di fase awal ini, sekitar 2,6 juta tahun lampau, yang dikenal dengan nama Paleolitik atau Zaman Batu Tua, masih hidup dari berburu dan meramu. Alat pertama yang digunakan adalah palu batu dan batu serpih tajam yang ditemukan di alam.

Sekitar 10.000 tahun lalu, peradaban manusia memasuki masa Mesolitik atau Zaman Batu Pertengahan. Zaman ini ditandai dengan kemahiran membentuk batu menjadi alat bantu, misalnya untuk mata tombak dan berbagai alat lain yang bisa menopang aktivitas bercocok tanam. Kemahiran mengolah batu kian memuncak pada era Batu Muda atau Neolitik.
Di penghujung era ini, alat-alat logam, utamanya perunggu mulai ditemukan. Lahirlah Zaman Perundagian. Alat-alat dari batu mulai digantikan logam yang tebih liat dan tajam. Namun batuan tidak ditinggalkan. Bahkan fase ini melahirkan pemuliaan terhadap batuan dengan munculnya monument-monumen batu raksasa yang dikenal dengan Peradaban Megalitik atau Batu Besar.
Pada era ini, batu tidak lagi dihargai karena fungsinya sebagai alat bantu, tetapi karena nilainya sebagai penopang ritual, sarana penguburan, bahkan sampai kebudayaan melekatkan sifat-sifat keilahian dalam batuan ini. Biasanya, batu-batu besar ini diukir menjadi figur tertentu.
Di Indonesia, tradisi megalitik ini tersebar luas sebelum masa Hindu-Budha. Bahkan hingga kini, sebagaian masyarakat Nusantara masih melestarikan kebudayaan ini dalam bentuk asli, seperti Nias, Batak, Sumba dan Toraja. Beberapa sudah mengalami akulturasi dengan lapisan kebudayaan setelahnya, seperti terjadi di Bali dan Sunda.
Berakhirnya era Batu Besar tidak memutus ikatan manusia pada batuan. Era ini ditandai dengan menguatnya pemuliaan terhadap batu-batu yang dianggap unik dan langka, yang biasanya dicirikan dengan bentuka Kristal dan warna-warna menawan, mulai dari zamrud, ruby, safir hingga berlian.
Hampir setiap peradaban besar pada masa lalu memiliki jejak pemuliaan terhadap batuan ini, mulai dari Yunani hingga Mesir kuno. Tak hanya pemuliaan karena keindahan dan keunikannya, bangsa – bangsa kuno juga menganggap batu-batu ini memiliki kekuatan magis. DI Barat kepercayaan pada kekuatan batu ini bertahan hingga Abad Pertengahan  ketika rasionalisasi ilmu mereka menyingkap mekanisme pembentukannya di alam dan upaya peniruannya di laboratorium mulai dilakukan.
Dari aspek geologis, pembentukan batuan mulia ini memang tak berbeda dengan mineral alam lain, misalnya melalui diferensiasi magma, metamorfosa, atau sedimentasi. Namun, dari sekitar 3000 jenis mineral di Bumi, hanya terdapay 200an yang termasuk jenis batuan mulia, yang menempatkan batuan ini dalam jajaran elit.
Beberapa di anatara jajaran mineral ini, intan adalah yang paling elit. Paling langka dan keras di antara semua jenis batuan ala,. Dalam jajaran batu mulia, skala kekerasan intan mencapai 10 mohs, disusul batuan safir dan rubi (merah delima) mencapai 9 mohs, zamrud 7-8 mohs. Batuan akik yang digolongkan batuan setengah mulia memiliki kekerasan kurang dari 7 mohs
Jadi awalnya, orang memburu dan memuliakan batuan ini karena keindahan dan kelangkaannya. Siapa memilikinya seolah ada dalam jajaran elit, seperti dipraktikan raja-raja masa lampau yang berlomba menyematkan batu mulia dalam mahkota.

Hingga kini, sekalipun Kristal buatan dengan keindahan nyaris menyerupai buatan alam berhasil diciptakan, perburuan batuan mulia buatan alam tak berhenti. Pemulian batu-batuan alam ini tak hanya persoalan pemenuhan akan keindahan, tetapi juga memenuhi kerindukan pada jejak awal evolusi peradaban.

Mbok Turah

Kita seharusnya gundah dengan dinamika politik saat ini atas apa yang terjadi pada pemerintahan Jokowi. Namun kita harus percaya bahwa Presiden Jokowi bukanlah sosok yang mudah terkungkung kekuasaan. Ia akan segera keluar dari kerangkeng rasa amannya dan menyelesaikan segala persoalan satu per satu. Seratus hari memerintah cukup bagi presiden untuk menimbang siapa para loyalis, oportunis dan penghianat, baik yang berada di pemerintahan maupun di luar pagar pemerintahan.
Terus bagaimana tugas seorang pemimpin disaat seperti ini? Saat ini secara simbolik pemimpin harus menjadi Mbok Turah. Menjadi mbok (baca : ibu) dan turah (tak pernah kekurangan) dalam memberikan kasih saying dan menghidupi anak-anaknya, yaitu seluruh bangsa, secara adil. Sebaliknya, ia akan mengambil segala resiko untuk melindungi anak-anak dan Tanah Air-nya.


Dalam perspektif budaya politik, kini saatnya bagi Presiden Jokowi menerapkan prinsip suro diro joyo ningrat lebur dening pangastuti (segala kesaktian dan kehebatan akan kalah oleh kelembutan). Lembut bukan berarti tidak adil dan tidak tegas. Itu juga sifat otentik dari Mbok Turah.
Dalam konstruksi seperti itu, langkah awal yang harus dilakukan Jokowi adalah mengukuhkan kembali komunikasi dengan Megawati Soekarnoputri. Suka atau tidak, dari PDIP Jokowi menapak ranah politik kekuasaan. Sejak pelantikan Kabinet Kerja, siapa pun yang mencermati gerak politik Indonesia akan menangkap merenggangnya hubungan mereka.
Sebelum memang santer ada isu miring bahwa Jokowi hanya sebagai boneka. Ini sama dengan isu yang menghebat akhir-akhir ini, yaitu Megawati akan “di-KPK-kan” menyangkut kebijakan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang ia gulirkan ketika menjadi presiden, sedangkan gembpuran isu yang menghampiri Jokowi adalah ia akan dimakzulkan oleh Megawati.


Secara politik, isu itu dapat ditempatkan secara variable disinformasi yang sengaja diolah dan ditebar oleh suatu kalangan politik guna menjauhkan relasi kedua tokoh tersebut. Tujuannya sederhana apabila hubungan mereka berjarak, apalagi berkonflik, peluang untuk “mengontrol” Jokowi dari pintu mana pun akan terbuka.
Kemudian, disinformasi itulah yang menjadi pemicu munculnya fenomena Budi Gunawan sebagai calon Kepala Polri, Bambang Widjojanto menjadi tersangka, dan hiruk pikuk lain menyangkut hubungan Polri-KPK yang di mata public hubungan kedia institusi penegak hukum tersebut sudah dianggap gontok-gontokan. Akibatnya, hampir seluruh gerak dan eksekusi kebijakan pemerintah melamban dan sebagian besar masyarakat bingung serta merasa tersia-sia.
Hubungan Megawati-Jokowi sebagai titik pijak guna mencermati arah politik nasional tiga bulan terakhir, Terlepas dari semua kelemahan dan kekurangan Megawati, dia adalah politisi paling tangguh saat ini karena memiliki pengalaman politik paling lengkap sejak kecil-anak presiden, ketua umum partai, pernah menjadi wakil presiden dan presiden, serta “melahirkan” presiden. Ia juga pernah di telikung jika tidak boleh disebut dikhianati oleh orang-orang yang sebelumnya dia percaya.
Bacaan politik Megawati, dengan demikian akan sangat diperhitungkan lawan. Kedekatan Megawati dan Jokowi akan mempersempit ruang maneuver mereka. Oleh sebab itu hubungan tersebut harus diperlemah, bahkan kalau bisa diputus. Tanpa itu, upaya untuk mempengaruhi Jokowi lebih bersifat utopis dari pada realistis. Juga sulit untuk menyusun skenario mengubah bangunan politik kekuasaan.
Dengan buruknya komunikasi Megawati-Jokowi, misalnya, pihak-pihak yang berkehendak mempunyai peran dominan dilingkaran kekuasaan bisa meyakinkan Jokowi bahwa apabila Megawati dan PDIP keras kepala, arah politik bisa diubah. Dengan istilah lain, ketika presiden melakukan perombakan cabinet, menteri yang berasal dari Koalisi Indonesia Hebat (KIH) bisa diganti oleh figure-figur yang berasal dari Koalisi Merah Putih (KMP). SIngkatnya, dalam konfigurasi politik baru itu, KMP menjadi partai pemerintah dan KIH menjadi partai oposisi. Kaki keuasaan berubah, tetapi presidennya sama.
Oleh sebab itu, untuk mencegah ketidak pastian politik dan meluasnya spekulasi public, ibarat Mbok Turah yang tidak pernah lelah menyayangi dan memberi, langkah yang perlu segera dilakukan Jokowi pekan ini adalah secara lembut dan tegas mengukuhkan kembali eksistensi Polri dan KPK. Lalu, Jokowi harus berkomunikasi dengan Megawati sekaligus mempertegas komitmennya untuk mempertahankan hak prerogatifnya sebagai Presiden Republik Indonesia.

Merawat Radiator



Melihat fungsinya, radiator menjadi bagian mobil yang amat penting untuk menjaga suhu tetap stabil. Perawatan minim, lalai mengecek volume air radiator, atau menggunakan cairan yang kurang baik tentu membuat kondisinya merosot dan otomatis menyebabkan mesin mengalami overheating yang berdampak pada suara mesin yang tidak normal, boros bahan bakar bahkan mogok.


Agar kinerja radiator optimal, pemilik mobil memang bisa menggunakan air biasa. Akan tetapi, cairan terbaik untuk radiator adalah air suling yang sering disebut aqua destilata atau cukup disebut aquades.
Selain dibeli di took-toko kimia, beberapa pemilik mobil bisa mengumpulkan tetesan air AC di rumah sebagai pengganti aquades. Cara ini pun bisa digunakan, asal bisa dipastikan air tersebut bersih, tidak terkontaminasi kotoran atau mineral.
Patut dipertimbangkan, beberapa orang menghindari menggunakan air mineral untuk radiator lantaran pada suhu kerja mesin dikhawatirkan mineral-mineral yang terkandung di dalam air akan menjadi endapan yang menempel pada dinding atau saluran pendingin.
Selain aquades, radiator bisa diisi pula dengan radiator coolant yang mampu memberikan nilai tamb ah. Selain memiliki titik didih yang tinggi, cairan ini bisa melumasi dinding sehingga menekan pertumbuhan karat.
Menggunakan cairan radiator yang baik tidak serta merta menjamin suhu mesin mobil tetap terjaga. Ada beberapa perawatan yang harus dilakukan agar kerja mobil bisa optimal.
Bentuk perawatan tersebut, misalnya memeriksa beberapa komponen radiator seperti tutupnya. Karet yang ada dibawah tutup radiator lambat laun akan mengeras, secara otomatis karet yang keras tersebut tidak akan mampu lagi menahan uap air radiator, yang idealnya uap ini akan “dilarikan” ke tabung cadangan, atau mencegah air keluar.
Bagian lain yang bisa diperhatikan adalah sarang radiator. Di sini, pemilik mobil dituntut untuk cermat melihat kisi-kisi pada sarang radiator. Kalau ada kotoran, debu atau batu kecil yang menempel di sana, segeralah bersihkan yang hal ini bisa dibantu dengan menggunakan air compressor.
Dianjurkan pula untuk melihat jarak sarang radiator dengan kipas agar tidak saling berbenturan. Bila perlu, Anda luruskan alur kisi radiator menggunakan mata obeng secara perlahan agar aliran udaran bisa keluar dengan lancar.


Asal-Usul Bendera Kuning

Bagi orang yang tinggal di Jabodetabek, keberadaan bendera kuning yang dipasang si sudut jalan atau tempat tertentu menandakan ada orang yang meninggal. Lalu bagaimanakah tradisi ini terbentuk?


Tradisi ini dimulai sejak zaman penjajahan Belanda. Konon saat itu banyak warga pribumi yang tinggal di Batavia terserang penyakit menular. Sebagian warga yang sakit kemudian meninggal dunia. Pemerintah Hindia Belanda saat itu menggunakan bendera kuning untuk menandai rumah atau tempat yang dianggap dihuni  oleh warga yang terserang penyakit itu. Namun, belum ditemukan alasan kuat mengapa dipilih warna kuning sebagai penanda.
Bendera kuning itu berbentuk persegi panjang dengan bertuliskan huruf Q. Huruf Q merupakan singkatan kata quarantine (karantina dalam bahasa Indonesia). Oleh sebab itu, warga dihimbau agar menghindari tempat atau rumah yang dipasangi bendera kuning untuk mencegah penularan penyakit.
Bendera kuning yang menjadi tanda karantina kemudian berkembang maknanya menjadi penanda adanya kematian karena saat itu banyak pasien yang tidak tertolong. Hal ini berlanjut hingga sekarang di Jabodetabek.