26 Maret 2015

Mengunjungi Perkampungan Muslim di Siem Reap, Kamboja

Sebuah pengalaman menarik rasanya perlu saya bagi ke teman-teman BP mania semua. Hari terakhir saya di Siem Reap bertepatan dengan hari Jumat, artinya bisa ga bisa saya harus mencari masjid untuk menjalankan ibadah sholat Jumat. Saya menemukan kabar menarik, bahwa ada perkampungan muslim disekitar Siem Reap, lega juga…he4.
Saya putuskan untuk mengagendakan kunjungan ke perkampungan Muslim di kota Siem Reap Kamboja. Sebagaimana kata Baginda Rosulullah, ketika kamu bepergian ke suatu tempat asing, maka tempat tujuan pertama yang harus kamu cari adalah masjid. Aneh gak ya, kalo kita pergi ke kuil atau candi yang notabene adalah tempat ibadah umat lain, justru kita melupakan masjid sebagai tempat ibadah kita. Nah, mencoba menjalankan amanah beliau itu (he4), ketika berada di Siem Reap saya sempat-sempatkan berkunjung ke satu-satunya masjid di kota ini yang berada disebuah perkampungan muslim.



Berdasarkan informasi yang telah saya dapatkan, perkampungan ini berada diselatan pusat kota Siem Reap. Sehabis mencari cideramata eh…maksud saya cinderamata (nge-joug dikit, he4) di Central Market Siem Reap saya putuskan untuk menuju ke perkampungan itu. Tidak jauh, hanya jalan kaki sekitar 3 km kita akan sampai di tempat tersebut. Kita akan merasa miris, jalan menuju perkampungan ini melewati pub dan bar serta miras dijual dimana-mana. Nah, inilah duka orang muslim yang tinggal di tempat mayoritas non muslim, berbeda dengan kita yang tinggal di negara mayoritas muslim. Privasi kita sangat dihormati dan ketentuan-ketentuan Islam juga masuk dalam perundangan. Sungguh salut dengan muslim di sini, yang teguh menjaga keimanannya ditengah gempuran.
Setelah berjalan 30 menit kita akan memasuki kampung ini, namanya saya lupa…he4. Gak sempet nanya, soalnya ga pada bisa bahasa Inggris. Saya sebetulnya mau pake bahasa Arab, tapi taunya cuma “ukhibuka ya ukhti”…he4, yang artinya kata itu kira-kira adalah “saya mengerti cuma sedikit…”, becanda…he4.
Nah, masuk ke kampung, ketika berpapasan dengan penduduk setempat, subhanalloh saya mendengar salam “Assalamu’alaikum” yang ditujukan ke saya… hati saya bener-bener terharu dan langsung saya jawab ajah “wa’alaikum salam…”, dari mana mereka tahu saya muslim? Ah…instink mereka mungkin…tak taulah…, tapi salam memang menjadi paten kita dan saya bangga akan hal tersebut.
Nah, udah sekitar pukul 11an siang, dan udah mendekati waktu sholat Jumat, saya segera bergegas menuju masjid. Dan fuila… ada sebuah masjid ditengah perkampungan ini, namanya masjid An-Ni’mah. Warna cat masjid ini kurang lazim di Indonesia yang biasanya putih, ini dicat dengan warna Pink, mungkin nih, analisis saya, warna merah muda menyimbulkan kelembutan, sehingga dipilih warna ini supaya jama’ahnya berhati dan bersikap lembut.


Langsung dah saya ambil wudhu dan masuk ke dalam dan fuila lagi… bapak Imam masjid melihat saya dengan tatapan aneh, dan mengahmpiri saya dengan senyum, yang pasti bisa bikin lumer senyum itu, he4. Tak taulah, kenapa senyumnya orang-orang yang khusu’ selalu menentramkan hati siapa saja. Sungguh karunia yang luar biasa. Selain itu mungkin karena wajah saya beda kali, dan beliau ternyata bisa bahasa Inggris. Sesuatu yang amazing bingits. Dan kata pertama adalah “Malaysia?”, kenapa bukan Indonesia? Yah ga papa, saya balas “Indonesia”. Saya diajak ngobrol kesana-kemari diteras masjid tentang tujuan saya ke Kamboja dan kegiatan saya disini hingga menjelang adzan berkumandang. Begitu ramah pak Imam menyambut saya, inilah persaudaraan muslim sejati tak kenal rasa tau suku bangsa. Damai sekali rasanya. Setelah adzan berkumandang, saya masuk ke dalam masjid untuk menjalankan ibadah Jum’ah. Dan tentu khotbah Jumat dalam bahasa Kmer, yang jelas saya tak makfum…he4, tak apa asikin ajah.


Setelah selesai sholat Jumat, biasalah… perut berontak minta jatah. Nah, pastinya nih kampung muslim pasti ada warung makan berlabel halal… dan fuila…, saya menemukan sebuah resto halal. Masakan Tradisional Kmer  tapi halal, super sekali. Jadilah saya makan makanan lokal.


Menunya banyak, dan  ditulis dalam tulisan Kmer, taulah yang bentuk tulisannya kaya cacing. Yang kelihatan cuma harga dalam dolar. Jadilah pesennya dengan nunjukin gambar menu. Saya pesen seporsi makanan dan segelas es teh (tidak masuk agenda keuangan nih…, he4, tapi gapapa, kapan lagi ngerasain kuliner asli Kmer). 


Rasanya lumayan, seperti lidah Indonesia yang suka bumbu kaya rempah. Selidik punya selidik, ni restoran adalah kepunyaan imigran asal Malaysia, tapi mak cik dan pak cik disini ga bisa bahasa Melayu, buktinya mereka ga mahfum pas ku tanya pake bahasa Melayu, berarti ini keturunan yang kesekian pastinya. Setelah selesai makan dan membayar tagihan, saya terus pulang dan menikmati hari terakhir saya di Siem Reap dengan berjalan-jalan di pusat kota Siem Reap.

17 Maret 2015

Kesempatan Yang Berbahagia

Dalam sebuah resepsi pernikahan, sering terdengar celoteh baku si pembawa acara, “Pada kesempatan yang berbahagia ini, pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah…”
Berpanjang-panjang dengan celoteh yang tak mengundang kejutan, si pembawa acara akhirnya membebaskan tamu dari rasa bocan ketika menyelesaikan kalimat penutupnya : “Sekarang tibalah saatnya bagi Ibu-ibu, Bapak-bapak, dan hadirin sekalian untuk menyampaikan ucapan selamat kepada kedua pengantin yang berbahagia.”
Dua kali ungkapan yang berbahagia dilafalkan, masing-masing menggandeng kata kesempatan dan pengantin. Pengantin yang berbahagia bermakna “pengantin yang merasa bahagia” atau “pengantin yang merasakan kebahagiaan” (merasa dan merasakan digunakan seperti mendengar dan mendengarkan). Namun, kesempatan yang berbahagia tidak mungkin dipahami sebagai “kesempatan yang merasa berbahagia” atau “kesempatan yang merasakan kebahagiaan.”


Yang berbahagia pada pengantin yang berbahagia berterima karena pengantin adalah nomina insani yang bersenyawa, sedangkan kesempatan bukanlah nomina yang insani dan bersenyawa. Berdasarkan kriteria itu, pemimpin dan rakyat atau polisi dan pencuri dapat berbahagia, bergembira, atau bersedih, sementara kesempatan dan peluang atau persitiwa dan kejadian tidak mungkin berperang sebagai konstituen kalimat yang mampu menanggung beban emosi seperti itu.
Dimanapun dan kapanpun kesempatan tidak akan pernah berbahagia. Ia hanya memiliki potensi untuk membuat kita sedih, gembira, atau bahagia. Pada saat itulah kita bertemu dengan kesempatan yang menyedihkan, menggembirakan atau membahagiakan.
Sara saya kepada si pembawa acara : gantilah celoteh anda dengan “Pada kesempatan yang membahagiakan ini, pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah…”
Dari persoalan siapa yang berbahagia kita beralih pada masalah siapa membohongi siapa yang bentuk pengungkapannya mungkin belum memberikan ketenangan batin bagi sebagian diantara kita. Ketika seorang pejabat atau tokoh masyarakat memberikan penjelasan atau ketenangan batin bagi sebagian diantara kita. Ketika seorang pejabat atau tokoh mesyarakat memberikan penjelasan atau keterangan yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, dengan serta merta kita pun mengemukakan penilaian dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan telah melakukan kebohongan publik. Kalau dianalogikan dengan kekayaan pribadi yang bermakna “kekayaan milik pribadi”, maka kebohongan publik tidak dapat ditafsirkan lain kecuali “kebohongan milik public atau milik masyarakat.”
Tafsiran yang demikian akan memunculkan pertanyaan bernada protes ihwal siapa yang dibohongi publik atau kepada siapa publik berbohong karena hakikatnya, penggunaan  kebohongan  publik telah mengakibatkan terjadinya pemutarbalikan (dilihat dari segi kebenaran) atau pemutarbalikan peran (ditinjau dari sisi partisipan komunikasi). Kalau yang hendak diungkapkan ialah konsep yang merujuk pada proses, cara atau perbuatan membohongi publik, yang harus digunakan ialah pembohongan publik.
Kerancuan berbahasa pada dasarnya identik dengan ketidakcermatan berbahasa. Penyebabnya, kita jarang atau bahkan tidak pernah mempertanyakannya, termasuk kepada diri kita sendiri. Atau boleh jadi hal itu memang tidak perlu dipersoalkan. Bukankah kita sudah terbiasa dengan cara berbahasa seperti itu? Bukankah orang lain pun berbahasa dengan cara yang kurang lebih sama seperti kita? Dan karena bahasa merupakan perwujudan dari konvensi atau kesepakatan bersama masyarakat penuturnya, bukankah perilaku berbahasa yang kolektif seharusnya lebih penting dari lebih bermanfaat daripada yang tidak “guyub”?
Fungsi utama bahasa selain sebagai sarana berkomunikasi, juga sarana berfikir. Muaranya kecermatan berbahasa. Dalam konstelasi itu, agaknya kita perlu memahami yang tersurat dan tersirat di balik pandangan seorang wakil Papuan pada Kongres Kebudayaan di Bukittinggi tahun lalu. Seperti yang dilaporkan Rosihan Anwar di Kompas pada 6 November 2003, wakil Papua itu berucap : “kami menyesal belajar bahasa Indonesia secara baik dan benar karena kemudian terbukti di luar kami, bahasa Indonesia mereka sangat kacau.”



Daftar Pustaka :
Gambar diambil dari : https://nasrulchair.files.wordpress.com/2011/02/nasrul-saat-sambutan.jpg
Artikel disadur dan diolah dari Kolom Bahasa Kompas

16 Maret 2015

Mitsaqan Ghaliza

Karena merasa jatuh cinta akhir-akhir ini, penulis tertarik menulis tentang pernikahan, he4… bukan apa-apa, tapi perasaan cinta kali ini berbeda, saya sangat serius, meskipun target belum memberi respon positif atau negative (semoga positif, amin). Karena ane gak punya channel buat ta'aruf (ngedeketin), jadi deh ane pake cara2 konvensional ala2 anak muda gitu (penulis emang anak muda), tapi emang susah kawan...Doi ni aktivis dan punya komunitas yang bakal susah di tembus orang awam kaya ane, tapi biarlah..., bukankah Allah yang menentukan, perjuangan harus sampai akhir, semoga Allah merahmati, amin. Kali ini kita akan bicara tentang sebuah kalilmat Mitsaqan Ghaliza, terima kasih sudah membaca.
Kalimat mitsaqan ghaliza atau “perjanjian yang kokoh”, “perjanjian yang agung”, “perjanjian yang berat” adalah kalimat yang sering kita dengar yang lazimnya dituturkan oleh seseorang saat memberikan nasihat atau pesan pernikahan. Kaum muda yang hendak menempuh hidup baru amat penting memahami tema yang satu ini, agar pernikahan yang akan dijalani tidak “sembarang” dan asal mendapat peresmian dari orang tua, keluarga atau negara.



Para qadi/penghulu dan alim ulama menganggap amat penting untuk menyebut dan menerangkan kalimat ini, sebab memang hakikat pernikahan di dalam Islam yang ditandai dengan ijab dan qobul itu adalah merupakan refleksi dari sebuah perjanjian yang kokoh antara hamba terhadap Allah SWT melalui tatacara pengucapan “janji suci” oleh seorang laki-laki kepada perempuan yang dinikahinya, dalam sebuah prosesi akad nikah.
Dalam surat An Nisaa termaktubkan untaian kalimat, “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu sebuah perjanjian yang kuat (mitsaqan ghaliza).” (QS.An Nisaa : 21).
Maka tidaklah salah manakala kita kemudian menganggap bahwa sebuah ikatan perkawinan antara seorang pria dan perempuan secara sah itu menjadi sesuatu kejadian amat sacral. Sakral bukan pada suasana kejadiannya yang biasanya menghadirkan nuansa yang penuh keharuan, akan tetapi menjadi sacral lantaran terjadi karena adanya perjanjian antara seorang laki-laki terhadap perempuan yang dinikahinya yang dilakukan secara imani dengan “mengatasnamakan Allah” Yang Maha Tau, lagi Maha Melihat.
Konteks kalimat mitsaqan ghaliza di dalam Al Qur’an terbaca sebanyak tiga kali dalam tiga fase kejadian atau peristiwa yang berbeda-beda, yakni Satu, sebagaimana dalam prosesi akad-nikah. Dua, perjanjian yang Allah ambil dari para Ulul Azmi dalam mengemban amanah penegakan (idzarul) Ajaran Allah.
Dalam Al Qur’an dinukilkan, “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil Perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambildari mereka perjanjian yang teguh.” (QS. AL Ahzab : 7).
Dari ayat di atas ini kita dapat mengetahui betapa para rasul yang mendapat julukan ulul azmi berkat ketabahan dan keuletan yang luar biasa dalam melaksanakan tugas-tugas dakwahnya, adalah rasul-rasul yang sedemikian kuat dalam meneguhkan dirinya dalam menjalankan misi pengembanan Risalah Allah di muka bumi pada zamannya masing-masing. Pada kelima Rasulullah itu, masing-masing menghadapi situasi yang amat keras dengan tingkat perlawanan dari kaum yang didakwahi juga sedemikian hebat. Namun mereka berhasil menjalankan misi berkat keteguhan hati dan kualitas keimanan yang tinggi. Dari penyikapan pada rasul ulul azmi itu Allah pun mengangkat perjanjian yang teguh dari mereka.
Tiga, perjanjian dan sumpah setia dari Bani Israil untuk memurnikan ketaatan dan kepatuhan kepada Allah semata. Perhatikan ayat berikut, “Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. Dan Kami perintahkan kepada mereka : “masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud,”, dan kami perintahkan (pula) kepada mereka :”janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu,” dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh,” (QS. An Nisaa : 154).
Peristiwa ini merupakan bentuk karunia Allah terhadap Bani Israil yang telah memberi kesempatan untuk mereka “memperbaiki diri” sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 58 yang berbunyi “ Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman : Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud (menundukan diri) dan katakanlah : Bebaskanlah kami dari dosa, niscaya Kami ampuni kesalahan – kesalahanmu dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Pelajaran yang dapat diambil adalah ikatan perjanjian yang kokoh, teguh, kuat (mitsaqan ghaliza) adalah sebuah bentuk komitmen pengikatan diri untuk kita atau siapapun tiada bergeser dari apa yang diperjanjikan atau yang disepakati.
Ini soal konsistensi sikap diri dalam berkehidupan. Betapa sebuah perkawinan misalnya, tentu tidak boleh dijadikan “barang mainan” atau sekedar coba-coba, apalagi diimbuhi dengan kalimat “apa boleh buat” atau “bagaimana nantinyalah, yang penting kawin saja dulu”. Jangan seperti itu. Tapi jadikan jenjang pernikahan sebagai komitmen hidup yang berkesungguhan, karena bukankah Allah SWT juga menjadi saksi?
Begitupun halnya dalam kaitan seseorang mendapat amanah kepemimpinan di republik ini, jangan main-main dan jangan asal. Sebab akan bertambah rusak negeri ini manakala kita atau siapapun tidak sungguh-sungguh dan konsisten pada sumpah dan janji jabatan yang telah diucapkannya.
Fattaqullaha mastha’tum.

Daftar pustaka :
Gambar diambil dari : https://arjunandini.files.wordpress.com/2012/06/ijab-kabul.jpg

8 Maret 2015

Di Taman Hati Orang Yang Dibalut Cinta dan Rindu


Cinta, sulit diungkapkan, ia datang dengan sangat cepat, sulit dikendalikan... namun rasanya begitu dahsyat. Dari definisi kimia "Cinta adalah sebuah reaksi kimia yang dilakukan dalam otak, sehingga menyebabkan perasaan tenang dan bahagia melayang di awan".
Begitu cinta telah merasuk, rasa aneh adalah awal pertanda. Salah ngomong adalah buktinya, ingin menyebut KIMIA malah terucap FISIKA.... modulus cranial dan syaraf motorik tidak sinkron ketika berada didekatnya, lidah kelu, otak beku, tak berani menyapa bahkan mamandang dalam hitungan detik. Perkara itu adalah hal yang sangat luar biasa sulit dilakukan. Menatap dari jarak 25 meter adalah kepuasan. Mendengar suaranya adalah obat kegundahan hati paling mujarab. Senyumnya adalah obat lelah yang dahsyat.
Namun tiap wanita memiliki sifat dan karakternya sendiri, sangat sulit diterka... sesaat dia begitu memberi harapan, sesaat begitu terasa menghindar... Keseriusan dan kesungguhanlah yang sesungguhnya menentukan, namun tidak semua pria seperti itu. Butuh sinyal terlebih dahulu. Ketika seorang pria telah mengirim sinyal, namun si wanita tak pernah memberikan sinyal balasan menolak atau memberi harapan, itu rasanya kok juga mendholimi. 
Namun memang susah pahami wanita, lebih mudah mengerjakan kimia analitik III yang merupakan materi paling susah yang pernah saya hadapi. 
Yah,  memang berat. Jika  sang wanita pujaan hati tidak segera di "tembung" maka muncul ketakutan akan didahului yang lain, namun kegundahan yang lain juga muncul. Takut ditolak, takut gak bisa menjalankan amanah de el el..............
Sungguh dikau mengganggu tidurku, tidurku tak pernah nyenyak... semoga Alloh kuatkan hatiku,

2 Maret 2015

Pendaurulangan Pelumas Bekas dengan Pemanfaatan Bentonit dan Batubara

Peneliti : Azka Hanif dan Ivan F
Pembimbing : Fendi Rohmawan
Sekolah : SMA Pribadi Depok
Kompetisi : Indonesian Science Project Olympiad 2013

Pendaurulangan Pelumas Bekas dengan Pemanfaatan Bentonit dan Batubara. Azka Hanif dan Ivan F. ISPO 2013.
Bentonit adalah salah satu produk bahan galian mineral dengan berbagai kegunaan dalami ndustri, terutama sebagai penjernih atau pemucat warna, mampu meningkatkan kejernihan minyak pelumas hasil proses daur ulang dengan batubara. Proses penjernihan dilakukan dengan menambahkan sejumlah bentonit pada pelumas yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditambah surfaktan alkilbenzensulfonat yang berfungsi membentuk system emulsi air-minyak.

Berat bentonit yang ditambahkanadalah 6 g sedangkan konsentrasi alkilbenzensulfonat yang ditambahkan adalah 17,5%. Nilai absorban yang diperoleh adalah 0,295. Nilaiabsorban ini sudah sesuai dengan kisaran nilai absorban standar base oil.

Untuk makalah lengkap, bisa di unduh di sini

Olimpiade Sains Nasional 2015

Even kompetisi terbesar dan paling prestisius untuk siswa SMA telah dimulai. Ada banyak bidang yang diperlombakan tepatnya 9 bidang, meliputi Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Komputer, Atronomi, Ekonomi, Kebumian, dan Geografi. Semua bidang tersebut telah memulai seleksi tahap pertama yaitu ditingkat Kabupaten/ Kota Pada 10 hingga 13 Februari 2015 lalu.

Arya Purwasatya Salim (Perunggu IJSO 2014, Argentina)
Yang kini Menjadi Skuad OSN Bidang Kimia SMA Pribadi Depok 2015

Kompetisi OSN ini memang penyaringannnya dilakukan dengan bertahap dan sangat ketat. Seleksi dilevel pertama adalah di tingkat kota/ kabupaten. Dari sini, 9 peringkat teratas akan maju ke babak berikutnya yaitu ke Level Provinsi. Kompetisi dilevel provinsi selain lebih ketat, level soalnya pun meningkat dari yang 30% materi analisis dan 70% pengetahuan dasar, di level provinsi bisa naik drastis menjadi 50-50. Seleksi provinsi sendiri akan dilaksanakan serentak di seluruh provinsi di Indonesia pada 17 hingga 19 Maret 2015 mendatang. 
Untuk level akhir, atau seleksi tingkat nasional akan dihelat 17 hingga 23 Mei 2015. OSN kali ini rencanya sebagai tuan rumah adalah provinsi Sulawesi Tengah. Dari 9 orang tiap provinsi yang lolos ke tahap Nasional akan bertanding dengan soal yang levelnya sangat berat yaitu 70% soal analisis dan 30% soal dasar. Dengan demikian, pastilah yang lolos ke level nasional telah mempersiapkan dirinya dengan sangat baik.
Mereka tak lagi belajar dengan menggunakan diktat SMA, mereka harus belajar dengan buku-buku universitas bahkan buku-buku ilmu terapan dan lanjutannya pun harus mereka lahap.
Di even nasional inilah akan dibagikan 15 medali di setiap bidangnya, yaitu 5 emas (dengan 1 absolut winner, best theory, best practical), 5 perak dan 5 perunggu.
Setelah perhelatan OSN selesai digelar, ternyata agenda lain menunggu. Siswa-siswa peraih medali ini akan digembleng kembali dalam ajang pelatnas untuk di kirim ke Olimpiade level Internasional. Dari 15 peserta ini hanya akan diambil 5 orang terbaik untuk mewakili Indonesia ke ajang olimpiade internasional macam IBO, IChO, IPO, IMO dan lainnya. Jadi memang tidak ada waktu untuk berleha-leha. Salam akademis


Rasul Diutus Agar Manusia Tidak Berdalih

Salah satu alasan diutusnya para Rasul adalah untuk menutup pintu kesempatan bagi manusia untuk berdalih di hadapan Allah SWT di hari Kiamat. Allah menjelaskan hal ini dalam ayat , “(Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,“ (QS. An-Nisa : 165).



Selain para nabi dan rasul, semua pemimpin di dunia memang tidak ada yang mampu memenuhi keinginan semua bangsa secara berkesinambungan. Bisa jadi sebagian mereka berhasil menyenangkan bangsa yang mereka pimpin di satu masa, tapi keberhasilan itu pasti bersifat sementara, semua keberhasilan itu pasti akan rontok satu persatu seperti dedaunan di musim gugur. Hal itu terjadi karena apa yang dilakukan para pemimpin itu tidak disandarkan pada pertolongan Ilahi. Padahal mereka tidak bisa melampaui sifat manusiawi baik dari segi ucapan maupun perbuatan.
Adapun para nabi dan rasul, maka yang terjadi amatlah berbeda. Mereka adalah individu – individu yang telah dipersiapkan secara matang dan telah terpilih untuk mengemban misi kebaikan sejak mereka masih berada dalam kandungan. Hidup mereka mengalun indah seperti komposisi sebuah lagu. Tutur kata mereka menyegarkan bagaikan kata-kata pujangga. Ketika mereka berbicara, seluruh semesta  diam mendengarkan dan tunduk menyimak apa yang mereka ucapkan. Bayangkanlah betapa banyak kejadian yang berbelok tak terduga dengan kedatangan mereka; betapa banyak hati yang takluk menyerah kepada mereka; dan betapa banyak aturan yang berlaku di jagad raya mendadak tak berlaku demi mereka, untuk membela mereka, atau disebabkan permintaan mereka.
Berkenaan dengan hal ini, tampaknya cukup bagi kita untuk kembali melihat apa yang terjadi pada sang pemimpin pada rasul, Muhammad SAW. Bumi, pepohonan, binatang-binatang tunduk di hadapan beliau, seakan-akan mereka semua ingin menjalin hubungan dengan Rasulullah sebagai utusan Allah dan untuk menunjukan pembenaran mereka atas kenabian serta risalah beliau.
Al Bushiri bersyair :
Pepohonan datang ketika dia panggil lalu bersujud.
(Muslim, Az-Zuhd, 74; Imam Ahmad, Al Musnad, 1/223, Ibnu Katsir, Al Bidayah wa An Nihayah,6/135).
Semua kedahsyatan itu dapat terjadi karena semua makhluk berhasil mencapai fitrah penciptaan mereka masing-masing setelah kedatangan Rasulullah sehingga jagad raya pun terhindar dari kekacauan yang mengerikan.
Ayat Al Qur’an menyatakan, “Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah. Dan, taka da suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun,” (QS. Al Isra : 44).
Allah berfirman dalam ayat di atas yang mengesankan seolah-seolah Dia meniupkan nyawa ke dalam semua benda di dunia. Segala yang kita pelajari saat ini telah kita pelajari dari-Nya, dan hukum segala sesuatau hanya berlaku disebabkan Dia. Sampai di sini, kita harus menyatakan bahwa umat manusia pasti tidak diciptakan sebagai sebuah kesia-siaan.
Setiap nabi dan rasul datang dengan membawa berbagai macam mukjizat untuk memperkokoh keimanan orang-orang yang sudah beriman dan memupus semua dalih dan alasan yang diajukan oleh semua orang yang tidak mau beriman. Adapun sang Pemimpin para rasul datang dengan membawa semua jenis mukjizat yang pernah dimiliki oleh semua rasul dan nabi sebelum beliau.
Ya. Setiap umat memang telah menyaksikan atau mendengar beberapa mukjizat yang dimiliki nabi mereka masing-masing. Akan tetapi, kita telah mendengar ribuan mukjizat yang dimiliki nabi kita. Bahkan sampai hari ini kita umat Islam masih dapat memegang sebuah mukjizat abadi bernama Al-Qur’an. Oleh sebab itu, maka taka da seorang pun yang dapat berdalih atau mendebat Allah karena Dia, melalui para nabi dan rasul, telah menjelaskan dengan sejelas-jelasnya semua hakikat yang dapat menuntun manusia kea rah keimanan. Jadi, jelaslah bahwa peran para rasul sebagai hujjah yang akan memupus semua dalih yang mungkin dikemukakan oleh kaum kafir telah menjadi salah satu tujuan diutusnya mereka kepada umat manusia. Apalagi Allah telah meletakkan sebuah kaidah yang termaktub di dalam Al Qur’an, “dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul,” (QS. Al Isra : 15).
Kelak ketika nanti timbangan amal telah ditegakkan di hari Kiamat, tidak ada dalih apapun yang dapat diajukan oleh siapapun atas apa yang telah dilakukan di dunia, karena pada rasul dan nabi telah diutus Allah untuk membimbing mereka.


Gambar : diambil dari http://kampleng.com/wp-content/uploads/2015/01/dp-bbm-pinter-beralasan.gif
Pustaka :
Al Qur'an
Guleh, MF. 2002. Cahaya Abadi Muhammad. Jakarta : Republika.