5 April 2012

Istanbul Part 3 : Masjid Sultan Ahmed Nan Megah


Istanbul tak henti-hentinya memancarkan keindahan dan daya tarik turisme sejarah. Setelah disihir oleh selat Bosporus “sang pembelah Eropa dan Asia” yang menyimpan sejarah ribuan tahun bangsa Romawi hingga Babilonia, sore ini kami berencana mengunjungi sebuah masjid yang sangat mashur di Turki tak lain dan tak bukan Masjid Sultah Ahmed. Masjid yang bisa dikenali dengan warnanya yang biru laut ini merupakan masjid kebanggaan Istanbul. 

Masjid Sultan Ahmed (bahasa Turki: Sultanahmet Camii) adalah sebuah masjid ibukota Kesultanan Utsmaniyah ( dari 1453 sampai 1923). Masjid ini dikenal dengan juga dengan nama Masjid Biru karena pada masa lalu interiornya berwarna biru. Masjid ini dibangun antara tahun  1609 dan 1616 atas perintah Sultan Ahmed I, yang kemudian menjadi nama masjid tersebut. Ia dimakamkan di halaman masjid. Masjid ini terletak di kawasan tertua di Istanbul, di mana sebelum 1453 merupakan pusat Konstantinopel, ibukota Kekaisaran Bizantin/Bizantium. Berada di dekat situs kuno Hippodrome, serta berdekatan juga dengan apa yang dulunya bernama Gereja Kristen Kebijaksanaan Suci (Hagia Sophia) yang sekarang diubah fungsinya menjadi museum.
Jaraknya cukup dekat dengan Istana Topkapı, tempat kediaman para Sultan Utsmaniyah sampai tahun 1853 dan tidak jauh dari pantai Bosporus. Dilihat dari laut, kubah dan menaranya mendominasi cakrawala kota Istanbul. Arsitek Masjid Sultan Ahmed, Sedefhar Mehmet Aga, diberi mandat untuk tidak perlu berhemat biaya dalam penciptaan tempat ibadah umat Islam yang besar dan indah ini. Struktur dasar bangunan ini hampir berbentuk kubus, berukuran 53 kali 51 meter. Seperti halnya di semua masjid, masjid ini diarahkan sedemikian rupa sehingga orang yang melakukan Salat menghadap ke Makkah, dengan mihrab berada di depan.
Pukul 4 sore kita berangkat “mlipir” pantai Bosporus nan indah dengan sambutan sunset. Jalan begitu ramai, karena malam minggu. Tak di Indonesia, di sini malam minggu juga merupakan ajang melepas penat selama sepekan bekerja atau sekolah. Orang-orang Turki berjejal datang ke restoran ikan untuk menikmati Hamsi nan terkenal itu, katanya mas Ayup sih ni ikan emang muncul di awal musim dingin dan rasanya paling enak adalah yang berasal dari selat Bosporus, dimana kami berpijak saat ini.
Tak lama sebelum magrib kami telah sampai di Masjid Sultan Ahmed. Hal pertama yang selalu diingatakan ustads ngajiku dulu, ketika sampai masjid jangan lupa sholat 2 rekaan tahyatul masjid. Nasihat itupun ku ikuti he4. Seperti masjid-masjid kuno di Turki, tak setengah-setengah dalam membangun tempat suci umat Islam ini. Dari desain, pilihan bahan bangunan sampai interior dan penataan konstruksi begitu diperhatikan. Detailnya yang menawan dan keindahan lukisan kaligrafi asli buatan tangan warisan Utsmaniyah tertabur rapi di dinding masjid. Memang meda rasanya Sholat ditempat yang bersejarah apalagi masjid di masa kejayaan Islam, sungguh berkesan di hati. Tak ingin cepat-cepat pulang rasanya ketika berada dalam masjid, ingin berlama-lama menikmati arsitektur masjid ini.
Jama’ah masjid besar ini cukup banyak ternyata, hingga 3 shof…, jangan bandingkan dengan masjid ditempat kita yang 1 shof ajah ga penuh..he4. Setelah sholat jama’ah magrib diselenggarakan, seorang qori’ membaca ayat-ayat Al Qur’an. Lantunan ayat bertalu-talu serasa mendamaikan hati.

Keluar masjid, tak beda dengan dalam masjid. Karya seni agung ini juga masih memancarkan keindahannya. Terutama enam buah menara menjulang mencakar langit, menegaskan bagaimana Islam begitu merasuk jiwa dan mengilhami penguasa waktu itu sehingga membangun sebuah master piece masjid Sultah Ahmed.
Puas tak terkira menelusuri Karya Keemasan Islam, perjalanan di akhiri dengan makan Pidie, mirip pizza, namun panjang 1 meter, wes…makanan apa lagi ini. Roti gandum hasil panggangan langsung oven kuno, ditaburi jamur, daging, sayuran tak lupa keju menjadikan roti ini luar biasa. Tak kalah dengan kebab yang meshur itu. Kenyang dan “gratis” he4, yah masih banyak tempat di Istanbul ini yang menunggu untuk dikunjungi, namun malem semakin larut, nampaknya perjalanan akan dilanjutkan besok.