Dalam
rapat kerja para guru besar UI untuk menyusun pedoman dasar dalam pengusulan
guru besar, berulang kali terucap kata butuh
atau berbagai bentuknya : kebutuhan,
dibutuhkan, membutuhkan. Namun, setiap kali pula muncul keberatan dari
mereka yang merasa berasal dari lingkungan budaya Melayu karena kata itu dalam
bahasa pertama mereka memiliki pengertian yang dianggap kurang sopan. Ternyata
memang dalam berbagai bahasa Melayu kata butuh
bermakna “kemaluan laki-laki”. Padahal, di daerah Purworejo, Jawa Tengah, ada
kecamatan bernama Butuh!
Hingga
saat ini keberatan atas pemakaian kata butuh
itulah yang paling banyak diperhatikan. Artinya, walaupun kadang-kadang
disertai dengan senyum atau bahkan tertawa terbahak-bahak, penghindaran kata
itu cukup berhasil. Demikian Juga dalam rapat kerja itu. Akhirnya disepakati
yang digunakan adalah kata keperluan
yang menurut riwayatnya merupakan kata serapan dari bahasa Arab. Upaya
menghindari pemakaian kata atau istilah yang konotasinya kurang baik, apalagi
yang langsung terasa jorang “porno”,merupakan sesuatu yang terpuji. Namun,
masalahnya, apakah itu senantiasa dilakukan mengingat banyaknya bahasa di
Indonesia. Jika ada kata yang dalam bahasa tertentu berkonotasi baik, apakah
ada jaminan dalam bahasa lain juga sama? Kata butuh yang di Jawa sampai menjadi nama kecamatan merupakan
contohnya.
Pernah
seseorang kawan ketika berceramah di pedalaman Kalimantan Selatan disambut
senyuman yang kemudian pecah dalam derai tawa. Ia berbicara mengenai upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Petani tentu tidak dapat
melepaskan diri dari salah satu alat utamanya, pacul. Sebagai orang Sunda,
kebetulan ketika itu ia lupa bahwa dalam bahasa Indonesia alat itu disebut cangkul. Ternyata reaksi spontan yang
diterimanya mula-mula senyuman, lalu derai tawa dan teriakan, “betul, Pak,
pacul memang alat utama kita…!”
Di
samping gembira karena ceramahnya ditanggapi dengan antusias, kawan itu
terheran-heran mengapa tanggapan mereka demikian meriah. Ia kemudian bertanya
kepada anggota penitia yang orang Banjar. Kawan itu akhirnya juga tergelak
setelah diberi tahu bahwa kata pacul
yang dalam bahasa setempat berarti “kemaluan laki-laki”. Maka, kata pacul yang dalam bahasa Sunda bermakna baik-baik
saja itu harus dihindarkan pemakaiannya di lingkungan penutur bahasa di
Kalimantan Selatan.
Kita
perlu bertanya-tanya mengapa perempuan Jawa, betapapun gembiranya, tidak akan
mau bertempik sorak. Mereka tentu
saja turut bersorak-sorak atau bersorak-sorai, mungkin lebih bersemangat dari
yang lain. Namun, jangan harapkan mereka mau mengatakan bertempik sorak, apalagi hanya bertempik.
Masalahnya kata tempik dalam bahasa Jawa bermakna “kemaluan perempuan”.
Artinya, kita boleh saja bertempik sorak di daerah lain asal jangan di lingkungan
masyarakat penutur bahasa Jawa. Padahal, kata tempik dalam bahasa Melayu
berarti “sorak”, dan tempik sorak semacam kata majemuk yang berarti “bersorak-sorak”
atau “bersorak-sorai”.
Ketika
seorang tokoh perempuan Jawa berceramah dalam pertemuan yang sebagian besar
pesertanya perempuan Sunda menganjurkan agar jangan takut dengan momok, hadirat pun senyum dikulum, lalu
cekikikan. Sambil berbisik diantara sesama mereka, mereka katakan mana mungkin
takut momok. Bukankah sebagai perempuan mereka tidak akan mungkin meninggalkannya sejenak? Si penceramah yang memaksudkan momok
yang dalam Bahasa Jawa sebagai "hantu” itu terjerembab ke dalam kenyataan
lain. Dalam bahasa Sunda, kata momok bermakna
sama dengan tempik dalam bahasa Jawa,
yaitu “kemaluan perempuan”.
Maka,
ketika seseorang yang berasal dari Garut dalam lama mengembara di Jakarta
pulang kampong lalu memancing bersama dengan (calon) mertua, kata yang keluar
untuk mengatakan kegembiraan adalah mek
yang ia peroleh selama di rantau. Ketika kailnya disanggut lele, ia berseru, “Lele,
mek…!” Juga demikian ketika termakan kailnya ikan bogo “gabus” atau juga kancra “ikan emas”, ia berseru “Bogo,
mek…!” atau “Kancra, mek…!” Namun, ketika makan umpannya seekor gurame,
teriakannya berubah menjadi, “Guramey, euy..!”
Gambar diambil dari : http://1.bp.blogspot.com/-WugTSWsc92I/TbY-XqXIfjI/AAAAAAAAAAQ/ DE9f8G_AO1s/ s1600/diam.jpg
setuju
BalasHapusyah...setuju apanya nih :-p
Hapusnice gan artikelnya Jenis Keramik Rumah Minimalis Terbaik
BalasHapusmkasih... smg bermanfaat
Hapusada tips terbaru nih gan Jenis Keramik Rumah Minimalis Terbaik
BalasHapusmakasih...
BalasHapus