21 April 2014

Berpetualang Ke Konya (Bagian 3) : Museum Jalaludin El Rumi

Sore itu sudah menunjukan pukul 4 sore, dan hujan salju tipis mulai menerpa perjalan saya menuju destinasi terakhir di Konya, yaitu masjid dan museum Mevlana Jalaludin El Rumi. Salju yang baru jatuh begitu indah, lembut dan ketika menyentuh kulit dingin dan langsung menjadi air. Sungguh dahsyat rahmat Alloh di alam semesta. Saat itu kuteringat sebuah puisi sufi karya sang Mevlana.

Cinta adalah lautan tak bertepi. Langit hanyalah serpihan buih belaka.
Ketahuilah langit berputar karena gelombang Cinta. Andai tak ada Cinta, Dunia akan membeku.
Bila bukan karena Cinta, Bagaimana sesuatu yang organik berubah menjadi tumbuhan?
Bagaimana tumbuhan akan mengorbankan diri demi memperoleh ruh?
Bagaimana ruh akan mengorbankan diri demi nafas  yang menghamili Maryam?
Semua itu akan menjadi beku dan kaku bagai salju Tidak dapat terbang serta mencari padang ilalang bagai belalang. Setiap atom jatuh cinta pada Yang Maha Sempurna
Dan naik ke atas laksana tunas. Cita-cita mereka yang tak terdengar, sesungguhnya, adalah lagu pujian Keagungan pada Tuhan.

Sungguh indah puisi sung ulama sufi, hati siapa yang tak hanyut mendengar puisi seperti itu. Maka demi tahu kedahsyatan cinta atas Rab-nya harus saya buktikan sendiri jejak kedahsyatan karya sang maestro cinta.

                                                    (pelataran musem Jalaludin EL Rumi)

Sampai di pelataran museum saya putuskan untuk langsung masuk. Harga tiket masuk sebesar 4 TL atau 20k IDR, cukup terjangkau untuk ukuran kantong saya he4. Di museum ini terdapat banyak peninggalan Jalaludin El Rumi, mulai dari baju, buku-buku bahkan sampai kursi beliau masih utuh.
Selain peninggalan, juga terdapat diorama atau semacam patung yang menggambarkan bagaimana para penari sufi berlatih dan mendalami ajaran sufi.

                                         (diorama para penari sufi)

Dalam kompleks ini, terdapat pula makam Jalaludin El Rumi dan para muridnya. Sayang sekali saya tidak diperbolehkan membawa kamera masuk. Demi menghormati makam ini, yah kita ngikut aja. Dalam makam tersebut ada hal yang istimewa, yaitu ada rambut Rasulullah. Seikat rambut Rasulullah ini memunculkan bau harum meskipun letaknya di dalam kotak kaca yang cukup besar. Memang benar, riwayat-riwayat yang mengatakan keringat Rosul wangi. Jangankan rambut, keringat saja wangi. Memang Muhammad SAW adalah manusia pilihan Alloh. 

                                                    (Di depan Makam Jalaludin El Rumi)
Saya terharu, merasa sedekat ini dengan Rosulullah, maka saya percaya orang-orang yang berdiri di depan makam Rosul sontak menangis karena kerinduan yang mendalam. Semoga di akhirat kelak, kami dipersatukan bersama Rosulullah SAW.

Setelah dua jam berkeliling museum dan makam saya putuskan keluar museum untuk sholat magrib dan makan malam. Tidak ada yang special, makan malam dengan roti dan corba. Selepas makan, saya lanjutkan berkeliling mencari souvenir, Saya temukan sebuah toko cindera mata di ujung pasar. Nampaknya murah-murah (ada tulisan diskon soalnya). Gak banyak sih yang saya beli karena keterbatasan budget. Saya Cuma beli 10 gantungan kunci (@1 TL) dan 2 buah keramik (@1TL) untuk dipajang di rumah. Usai belanja oleh-oleh, saya putuskan langsung menuju terminal untuk melanjutkan perjalanan ke kota kedua dalam liburan kali ini. Kota Antalya menjadi rencana singgah saya berikutnya.
Akhirnya saya harus berpisah dengan mas Faiz, teman baru yang begitu baik. Sebuah pelukan hangat pun mengakhiri kebersamaan kami. Terima kasih mas Faiz, semoga Alloh membalas semua kebaikanmu.

Bus berangkat menuju Antalya pukul 12 malam, kali ini saya juga naik bus metro. Perjalanan mungkin memakan waktu sekitar 6 jam, sehingga bisa untuk tidur dalam bis. Sampai jumpa di Antalya dalam halaman berikutnya…



Sumber : foto adalah koleksi pribadi penulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan tinggalkan komentar anda, bila tidak memiliki akun, bisa menggunakan anonim...