15 Februari 2012

ISTANBUL PART 2 : SELAT BOSPORUS


Hari ketiga di kota Istanbul, pagi itu disambut dengan suhu udara yang sangat dingin mencapai -1 der.cel. Belum pernah terbayangkan dalam pikiran saya berada dalam kulkas raksasa Istanbul. Pagi itu saya sempatkan berjalan-jalan di sekitar pasar kecil di Istanbul untuk sekedar membeli sarapan. Sebuah Balik Doner, alias roti sandwich ekstra besar berisi ikan HAMSI dan sayuran, saya beli dari sebuah lapak kecil. Tidak mahal sekitar 3 TL, sekitar Rp. 15.000. Katanya sih ikan HAMSI ini hanya ada di laut Hitam, dan rasanya sangat lezat.  Tak ada duanya di dunia, nampaknya penjual dimanapun sama, melebih-lebihkan barang dagangannya. He4.
Jari-jari yang belum terbiasa dengan suhu dingin bergetar. Kaki dan badan menggigil karena kedinginan. Nampaknya tak betah rasanya berada diluar lama-lama, pengin cepet masuk ke kamar. Setelah jalan-jalan ke pasar, langsung masuk ke kamar untuk sarapan dan minum chay (teh). Orang Turki boleh dibilang gila Teh. Kemanapun dan dimanapun akan dengan mudah kita temukan chay. Sarapan pake chay, makan siang dan makan malam chay tak luput dari meja makan. Memang kebiasaan masing – masing berbeda...asikin aja lah..
Tepat jam 10, mobil jemputan datang bersama mas Ayub. Saya heran tu sama mas Ayub. Apa beliau ga kuliah, walupun memang seumuran dengan saya, dia tiap hari menemani saya dan dengan ihlas mengantar saya jalan-jalan. Makasih banget lho mas ayub ya…he4. Semoga Alloh membalas semua kebaikanmu.
Mobil tipe APV yang kami tumpangi meluncur deras menuju destinasi pertama yaitu masjid Yeni (Yeni Jami’). Kata mas Ayup Harga sewa mobil sekelas APV disini cukup terjangkau 200 TL selama sehari penuh, cukup mahal nek menurut saya sekitar sejuta dalam rupiah. Yah jika terus-terusan mengkonversi dalam rupiah, saya ga akan beli apa-apa disini. He4. Masjid ini cukup bersejarah, kerena menurut cerita merupakan masjid yang dibangun untuk putri Sultan.
Masjid Yeni Valide (bahasa Turki: 'Yeni Valide Cami') adalah sebuah masjid Uthmaniyyah terletak di daerah Eminönü di Istanbul, Turki. Ia terletak di Golden Horn di bagian selatan Jembatan Galata. Bersamaan dengan Jembatan Galata, Masjid Yeni Valide adalah salah satu pemandangan terkenal di Istanbul. Sebuah pancuran indah untuk air wudu berdiri di halaman besar dan pondok Sultan dihiasi dengan jubin mengagumkan. Pembuatan masjid dimulai pada tahun 1597 dengan Safiye Sultan, istri Uthmaniyyah Sultan Murad III. Ia dimulai oleh arsitek Davut Agha, diteruskan oleh arsitek Dalgıç Ahmed Agha dan disiapkan oleh arsitek Mustafa Agha sewaktu pemerintahan Sultan Mehmed IV pada 1663. Blok-blok batu dikirim dari pulau Rhodes telah digunakan pada pembuatan masjid. Pembuatan masjid memakan waktu selama 66 tahun oleh karena kematian muda Selim III dan Safiye Sultan dan epidemi wabah tersebar luas di Istanbul sewaktu tahun-tahun awal pembuatan. Kubah Masjid Yeni Valide adalah penggabungan dari Masjid Sultan Ahmed, Masjid Şehzade dan Sedefhar Mehmet Ağa yang menjadi arsitek adalah Sinan. Tetapi ketinggian kubah menyerupai piramid adalah ciri-ciri masjid ini. Kubah kecil mempunyai suatu garis pusat 17.5 m dan suatu ketinggian 36 m. Didirikan dengan 4 kubah.
Masjid ini terletak tepat di pinggir jalan utama dan persis di bibir selat Bosporus. Masjid ini sampai sekarang masih digunakan untuk kegiatan ibadah 5 waktu. Siang itu kami sempatkan sholat dhuhur di Yeni Cami’. Yang istimewa dari tempat ini, terdapat lokasi pusat perbelanjaan yang murah Grand Bazar. Katanya disini tempat paling pas untuk membeli oleh-oleh pas pulang. Masuk ke Grand Bazar langsung disuguhi berbagai barang khas Turki, mulai dari karpet sampai, keramik dan lokum sejenis dodol buah dijajakan di tempat ini. Saya sempatkan masuk dan melihat-lihat. Mungkin saya simpan tempat ini sebelum pulang ke Indonesia ajah.
Keluar dari grand bazaar, perut keroncongan, ada jagung godog 5rban, langsung deh kita serbu, lumayan buat pengganjal perut. He4…, jalan-jalan kemudian dilanjutkan lagi di sekitar jempatan Bosporus. Jembatan yang menghubungkan benua Asia dan Eropa, sungguh megah, tak kalah dengan Suramadu di Jawa Timur. Bosen melihat jembatan beton, kita lalu menuju ke tempat Galata Koprusu, sebuah jembatan kecil di selat Bosporus. Ditempat ini banyak pemancing manghabiskan waktunya. Disini ikan Hamsi yang teramat mahsyur dipancing, dan jangan salah… ternyata harganya cukup mahal…, sekilonya sekitar 5 TL atau 25ribu. Puas melihat para pemancing, mas Ayup mengajak saya naik kapal mengarungi selat Bosporus yang mahsyur. Ah, gratisan lagi…he4. Emang enak ni jadi guru…, semua gratis dan dilayani…
Naik perahu, lebih tepatnya feri kecil berukuran 30 meter bertingkat dua, cukup menampung seratus penumpang sekali jalan. Walau tak tau harga tiket secara detail, tertulis di depan loket harganya 15 TL untuk sekali perjalanan, mahal juga ya…, ga pa lah, gratis…he4.
Saya memilih berada di lantai atas karena terbuka, harapan saya dari atas akan mendapatkan pemandangan yang ekstra dibandingkan ketika berada di bawah, karena disana dibatasi oleh kaca. Bersama dalam satu dek, bermacam manusia dari berbagai ras ada di sini. China, eropa (Jerman, saya tahu dari bahasanya) dan Afrika. Tak dinyana tak disangka, angin ternyata berhembus cukup kuat, saya jadi “pitheren” tingkat tinggi, berrr…, ha4… Sama seperti di Indonesia, banyak pedagang asongan yang menawarkan minuman di kendaraan. Di kapal ini ada pedagang asongan menawarkan chay 1 TL/gelas. Untuk mengusir dingin, nampaknya saya perlu minum chay panas. Dan ngomong-ngomong saya bayar ndiri lho….he4. Foto-foto tak ketinggalan sebagai oleh-oleh dan kenangan.
Beginikah rasanya, dinginnya angin kala berada diantara selat yang membelah dua benua. Atau sekedar mendayuh semburan air sembari menyaksikan pemandangan Istana Topkapi dan backgraound Hagia Sophia (Sultanahmet) yang menjulang ke angkasa. Yah, keindahan alam yang fantastis ini sekaligus hanya ditemukan dari selat Bosporus. Jika selat sunda mampu membelah pulau Jawa dan Sumatra, maka Bosporus bisa memisahkan Anda antara area Turki bagian Eropa dan Asia. Selat nan indah ini juga menghubungkan antara laut Marmara dan laut Hitam. Selat Bosporus memiliki panjang 30 KM, dengan lebar maksimum 3.700 meter pada bagian utara, dan minimum 750 meter. Adapun kedalamannya bervariasi antara 36 sampai 124 meter.
Rasa dingin di badan belum bisa diusir dengan chay, jika dibiarkan akan berkibat tidak baik rasanya… maklum perjalanan selama 50 menit, dan saya belum terbiasa dengan angin dingin dan kering seperti ini. Setelah 20an menit di luar saya putuskan untuk masuk ke dalam kabin bawah, lebih hangat dan menyenangkan. Perjalanan berakhir sekitar pukul 15.00 waktu setempat, rasa-rasanya ini adalah pengalaman tak terlupakan, mengarungi selat Bosporus yang menyimpan ribuan tahun sejarah dunia.
Setelah sholat Asar di Yeni Cami’, sekitar pukul 4 sore kita kembali ke penginapan dan melanjutkan perjalanan esok hari kembali membedah kota Istanbul dan sejarah ribuan tahunnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan tinggalkan komentar anda, bila tidak memiliki akun, bisa menggunakan anonim...