Hari
ketiga di kota Istanbul, pagi itu disambut dengan suhu udara yang sangat dingin
mencapai -1 der.cel. Belum pernah terbayangkan dalam pikiran saya berada dalam
kulkas raksasa Istanbul. Pagi itu saya sempatkan berjalan-jalan di sekitar
pasar kecil di Istanbul untuk sekedar membeli sarapan. Sebuah Balik Doner,
alias roti sandwich ekstra besar berisi ikan HAMSI dan sayuran, saya beli dari
sebuah lapak kecil. Tidak mahal sekitar 3 TL, sekitar Rp. 15.000. Katanya sih
ikan HAMSI ini hanya ada di laut Hitam, dan rasanya sangat lezat. Tak ada duanya di dunia, nampaknya penjual
dimanapun sama, melebih-lebihkan barang dagangannya. He4.
Jari-jari
yang belum terbiasa dengan suhu dingin bergetar. Kaki dan badan menggigil
karena kedinginan. Nampaknya tak betah rasanya berada diluar lama-lama, pengin
cepet masuk ke kamar. Setelah jalan-jalan ke pasar, langsung masuk ke kamar untuk
sarapan dan minum chay (teh). Orang Turki boleh dibilang gila Teh. Kemanapun
dan dimanapun akan dengan mudah kita temukan chay. Sarapan pake chay, makan
siang dan makan malam chay tak luput dari meja makan. Memang kebiasaan masing –
masing berbeda...asikin aja lah..
Tepat jam 10, mobil jemputan datang bersama mas Ayub. Saya heran tu sama mas Ayub. Apa beliau ga kuliah, walupun memang seumuran dengan saya, dia tiap hari menemani saya dan dengan ihlas mengantar saya jalan-jalan. Makasih banget lho mas ayub ya…he4. Semoga Alloh membalas semua kebaikanmu.
Tepat jam 10, mobil jemputan datang bersama mas Ayub. Saya heran tu sama mas Ayub. Apa beliau ga kuliah, walupun memang seumuran dengan saya, dia tiap hari menemani saya dan dengan ihlas mengantar saya jalan-jalan. Makasih banget lho mas ayub ya…he4. Semoga Alloh membalas semua kebaikanmu.
Mobil
tipe APV yang kami tumpangi meluncur deras menuju destinasi pertama yaitu
masjid Yeni (Yeni Jami’). Kata mas Ayup Harga sewa mobil sekelas APV disini cukup
terjangkau 200 TL selama sehari penuh, cukup mahal nek menurut saya sekitar
sejuta dalam rupiah. Yah jika terus-terusan mengkonversi dalam rupiah, saya ga
akan beli apa-apa disini. He4. Masjid ini cukup bersejarah, kerena menurut
cerita merupakan masjid yang dibangun untuk putri Sultan.
Masjid
Yeni Valide (bahasa Turki:
'Yeni Valide Cami')
adalah sebuah masjid Uthmaniyyah terletak di daerah Eminönü di Istanbul,
Turki.
Ia terletak di Golden Horn di bagian
selatan Jembatan Galata. Bersamaan
dengan Jembatan
Galata, Masjid Yeni Valide adalah salah satu pemandangan terkenal di Istanbul.
Sebuah pancuran indah untuk air wudu berdiri di halaman besar dan pondok Sultan dihiasi
dengan jubin mengagumkan. Pembuatan
masjid dimulai pada tahun 1597 dengan Safiye Sultan, istri Uthmaniyyah
Sultan Murad III.
Ia dimulai oleh arsitek Davut Agha, diteruskan oleh arsitek Dalgıç Ahmed Agha
dan disiapkan oleh arsitek Mustafa Agha sewaktu pemerintahan Sultan Mehmed IV
pada 1663. Blok-blok batu dikirim dari pulau Rhodes telah
digunakan pada pembuatan masjid. Pembuatan masjid memakan waktu selama 66 tahun
oleh karena kematian muda Selim III dan Safiye Sultan dan epidemi wabah
tersebar luas di Istanbul sewaktu tahun-tahun awal pembuatan. Kubah Masjid Yeni
Valide adalah penggabungan dari Masjid Sultan Ahmed, Masjid Şehzade dan Sedefhar Mehmet Ağa yang
menjadi arsitek adalah Sinan. Tetapi ketinggian
kubah menyerupai piramid
adalah ciri-ciri masjid ini. Kubah kecil mempunyai suatu garis pusat 17.5 m dan
suatu ketinggian 36 m. Didirikan dengan 4 kubah.
Masjid
ini terletak tepat di pinggir jalan utama dan persis di bibir selat Bosporus. Masjid
ini sampai sekarang masih digunakan untuk kegiatan ibadah 5 waktu. Siang itu
kami sempatkan sholat dhuhur di Yeni Cami’. Yang istimewa dari tempat ini,
terdapat lokasi pusat perbelanjaan yang murah Grand Bazar. Katanya disini
tempat paling pas untuk membeli oleh-oleh pas pulang. Masuk ke Grand Bazar
langsung disuguhi berbagai barang khas Turki, mulai dari karpet sampai, keramik
dan lokum sejenis dodol buah dijajakan di tempat ini. Saya sempatkan masuk dan melihat-lihat.
Mungkin saya simpan tempat ini sebelum pulang ke Indonesia ajah.
Keluar dari grand bazaar, perut keroncongan, ada jagung godog 5rban, langsung deh kita serbu, lumayan buat pengganjal perut. He4…, jalan-jalan kemudian dilanjutkan lagi di sekitar jempatan Bosporus. Jembatan yang menghubungkan benua Asia dan Eropa, sungguh megah, tak kalah dengan Suramadu di Jawa Timur. Bosen melihat jembatan beton, kita lalu menuju ke tempat Galata Koprusu, sebuah jembatan kecil di selat Bosporus. Ditempat ini banyak pemancing manghabiskan waktunya. Disini ikan Hamsi yang teramat mahsyur dipancing, dan jangan salah… ternyata harganya cukup mahal…, sekilonya sekitar 5 TL atau 25ribu. Puas melihat para pemancing, mas Ayup mengajak saya naik kapal mengarungi selat Bosporus yang mahsyur. Ah, gratisan lagi…he4. Emang enak ni jadi guru…, semua gratis dan dilayani…
Naik perahu, lebih tepatnya feri kecil berukuran 30 meter bertingkat dua, cukup menampung seratus penumpang sekali jalan. Walau tak tau harga tiket secara detail, tertulis di depan loket harganya 15 TL untuk sekali perjalanan, mahal juga ya…, ga pa lah, gratis…he4.
Keluar dari grand bazaar, perut keroncongan, ada jagung godog 5rban, langsung deh kita serbu, lumayan buat pengganjal perut. He4…, jalan-jalan kemudian dilanjutkan lagi di sekitar jempatan Bosporus. Jembatan yang menghubungkan benua Asia dan Eropa, sungguh megah, tak kalah dengan Suramadu di Jawa Timur. Bosen melihat jembatan beton, kita lalu menuju ke tempat Galata Koprusu, sebuah jembatan kecil di selat Bosporus. Ditempat ini banyak pemancing manghabiskan waktunya. Disini ikan Hamsi yang teramat mahsyur dipancing, dan jangan salah… ternyata harganya cukup mahal…, sekilonya sekitar 5 TL atau 25ribu. Puas melihat para pemancing, mas Ayup mengajak saya naik kapal mengarungi selat Bosporus yang mahsyur. Ah, gratisan lagi…he4. Emang enak ni jadi guru…, semua gratis dan dilayani…
Naik perahu, lebih tepatnya feri kecil berukuran 30 meter bertingkat dua, cukup menampung seratus penumpang sekali jalan. Walau tak tau harga tiket secara detail, tertulis di depan loket harganya 15 TL untuk sekali perjalanan, mahal juga ya…, ga pa lah, gratis…he4.
Saya
memilih berada di lantai atas karena terbuka, harapan saya dari atas akan
mendapatkan pemandangan yang ekstra dibandingkan ketika berada di bawah, karena
disana dibatasi oleh kaca. Bersama dalam satu dek, bermacam manusia dari
berbagai ras ada di sini. China, eropa (Jerman, saya tahu dari bahasanya) dan
Afrika. Tak dinyana tak disangka, angin ternyata berhembus cukup kuat, saya
jadi “pitheren” tingkat tinggi, berrr…, ha4… Sama seperti di Indonesia, banyak
pedagang asongan yang menawarkan minuman di kendaraan. Di kapal ini ada
pedagang asongan menawarkan chay 1 TL/gelas. Untuk mengusir dingin, nampaknya
saya perlu minum chay panas. Dan ngomong-ngomong saya bayar ndiri lho….he4. Foto-foto
tak ketinggalan sebagai oleh-oleh dan kenangan.
Beginikah
rasanya, dinginnya angin kala berada diantara selat yang membelah dua benua. Atau
sekedar mendayuh semburan air sembari menyaksikan pemandangan Istana Topkapi
dan backgraound Hagia Sophia (Sultanahmet) yang menjulang ke angkasa. Yah,
keindahan alam yang fantastis ini sekaligus hanya ditemukan dari selat Bosporus.
Jika selat sunda mampu membelah pulau Jawa dan Sumatra, maka Bosporus bisa
memisahkan Anda antara area Turki bagian Eropa dan Asia. Selat nan indah ini
juga menghubungkan antara laut Marmara dan laut Hitam. Selat Bosporus memiliki
panjang 30 KM, dengan lebar maksimum 3.700 meter pada bagian utara, dan minimum
750 meter. Adapun kedalamannya bervariasi antara 36 sampai 124 meter.
Rasa
dingin di badan belum bisa diusir dengan chay, jika dibiarkan akan berkibat
tidak baik rasanya… maklum perjalanan selama 50 menit, dan saya belum terbiasa
dengan angin dingin dan kering seperti ini. Setelah 20an menit di luar saya
putuskan untuk masuk ke dalam kabin bawah, lebih hangat dan menyenangkan.
Perjalanan berakhir sekitar pukul 15.00 waktu setempat, rasa-rasanya ini adalah
pengalaman tak terlupakan, mengarungi selat Bosporus yang menyimpan ribuan
tahun sejarah dunia.
Setelah
sholat Asar di Yeni Cami’, sekitar pukul 4 sore kita kembali ke penginapan dan
melanjutkan perjalanan esok hari kembali membedah kota Istanbul dan sejarah
ribuan tahunnya.