19 November 2015

Selasa Yang (pernah) Manis

Dulu, ketika bunga krisan masih mekar di Pasar Minggu
Waktu seminggu begitu berat untuk dilalui
Tak kuasa menanti sebuah hari
Hari yang membuat hari lain tak berarti dimataku

Dulu, ketika bunga krisan masih mekar di Pasar Minggu
Hanya sehari dalam seminggu
Hanya ingin kuintip dirinya yang mekar menarik kalbu
Indah tiada duanya, hingga mawar pun merasa malu

Dulu, setiap Selasa Senja
Tak lengkap hidupku jika tak menyapamu
Tak lengkap soreku jika tak melihatmu
Hanya Selasa, hingga Minggu melupakan dirinya

Dulu, setiap Selasa senja
Hidupku pernah berbeda
Hidupku seperti mendapat pelita
Itu karenamu, krisan yang pernah mekar di sana

Seperti titah Sang Khalik
Ronamu membawa kebaikan, bagi tiap insan
Tak terkecuali diriku
Mengenal hijrah, dari ronamu

Bunga krisan di Pasar Minggu
Aku dahulu sempat berkhayal memilikimu
Mengisi relung kalbuku yang kering berdebu
Mengisi kalbuku yang sepi, merindu

Seperti titah Sang Khalik
Ukuran kepantasan telah di titahkan-Nya
Memastikan jalan yang dicinta-Nya 
Tak meleset satu pun, semua ada jalannya

Bunga krisan di Pasar Minggu
Kini ku tak lagi bisa kagumi ronamu
Nyatanya kau sudah terikat
Meskipun dahulu kau bebas mengaku

Dulu, Selasa Senja di Pasar Minggu
Aku beruntung telah mengenalmu
Pernah merasakan indahnya gelora di kalbu
Gelora yang membawaku bercermin kembali
Cermin untuk menemukan jalan-Nya


(Lihatlah, Krisan dilangit...itu selalu untuk mu...)

2 komentar:

silakan tinggalkan komentar anda, bila tidak memiliki akun, bisa menggunakan anonim...