23 November 2015

Bangkitnya Kembali Komunisme di Negeri Pancasila


Untuk generasi yang pernah merasakan orde lama, tentu mendengar kata “komunisme” berkonotasi kekejaman, pembunuhan, pembantaian dan makar. Ketika mendengar kata “komunisme” sebagian besar akan menghubungkan dengan sebuah gerakan terlarang, sebuah partai yang pernah meluluhlantakan rasa kebangsaan, rasa persatuan dan bertindak keji atas dasar keinginan sepihak mengubah haluan negara.


Komunisme merupakan ideologi  yang berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis Karl Max dan Frederich Engels, sebuah manifesto politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1948.
Komunisme sebagai anti-kapitalisme (anti barat) menggunakan partai komunis sebagai pengambil akumulasi modal pada individu. Komunisme secara umum berlandaskan pada teori Meterialisme Dialektika dan Materialisme Historis oleh karenanya tidak bersandarkan pada kepercayaan mitos, tahayul dan agama dengan demikian tidak ada pemberian doktrin pada rakyatnya dengan prinsip bahwa “agama dianggap candu” yang membuat orang berangan-angan yang membantasi rakyatnya dari pemikiran ideologi lain karena dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata.
Hal sebaliknya dengan ideologi Pancasila yang dianut bangsa Indonesia. Pancasila merupakan manifestasi dan saripati dari kebudayaan dan karakter bangsa Indonesia yang menghargai perbedaan, menghargai kepercayaan agama dan mengutamakan toleransi. Pengingkaran terhadap Tuhan merupakan perbedaan paling fatal dan bertentangan dengan ideologi Pancasila. Ketuhanan merupakan hal paling penting dan soko guru dari Pancasila itu sendiri, sebuah landasan yang menyusun dasar lain dalam batang tubuhnya.
Di masa lalu, komunisme merupakan pergerakan di level bawah karena ketidakadilan dari pemerintah. Pergerakan ini dipelopori oleh kaum buruh yang termarginalkan. Sifat komunisme yang dekat dengan sosialis, menyebabkan faham ini laris manis dikalangan buruh. Karena menjanjikan pemerataan, tidak diakuinya kepemilikan pribadi menjadikan komunis-sosialis magnet yang kuat untuk kalangan bawah yang saat itu benci dengan liberalisme dan kapitalisme, karena mereka mengeruk dan mengeksploitasi tanpa memikirkan kesejahteraan kaum buruh yang mereka pekerjakan.
Di Indonesia sendiri, gerakan komunis lahir dari adanya Partai Komunis Indonesia (PKI). Partai berhalauan kiri ini memiliki suara yang sangat signifikan dimasyarakat. Tercatat saat pemilihan umum awal suara PKI begitu signifikan hingga mampu bersaing dengan partai Islam macam Masyumi dan partai nasionalis seperti PNI. Bahkan karena kuatnya PKI saat itu Presiden Soekarno sempat mengutaran sebuah gagasan politik bertajuk NASAKOM, akronim dari Nasionalis, Agama dan Komunis. Usaha menyatukan paham ini punya niatan baik dari Presiden, karena beliau adalah agen pemersatu bangsa yang sudah menjadi trade mark beliau yang tak pernah memandang suku, agama dan ras.
Kuatnya lobi PKI atas presiden Soekarno membuat pergerakan PKI menjamur di nusantara. Saking kuatnya, mereka mengusulkan adanya angkatan V, selain Polri, TNA AD, AL dan AU. Anggota angkatan V ini adalah petani, buruh dan pekerja yang dipersenjatai. Namun usulan itu mandapat tentangan dari banyak pihak, khususnya TNI saat itu. Karena dianggap membayakan kestabilan negara.
Ternyata ketakutan itu menjadi kenyataan, PKI melakukan gerakan makar kepada pemerintah RI dengan membunuh banyak Jendral angkatan perang saat itu, yang dikenal dengan G30SPKI (Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia). Ternyata selain pembunuhan itu, banyak kasus PKI yang tidak terungkap seperti pembantaian para ulama dan penyerangan pesantren. Makar tersebut kemudian berhasil ditumpas oleh TNI saat itu yang kemudian menjadi suksesi kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru. Terlepas adanya politisasi PKI saat itu dari Presiden Soeharto ketika masih menjadi perwira tinggi AD, namun ancaman PKI terhadap kesatuan negara begitu kuat.
Kini, bibit lama yang telah terkubur, mencoba bangkit kembali dengan membawa luka lama yang mereka coba bangkitkan. Mereka coba menghubung-hubungkan kasus politisasi oleh Presiden Soeharto waktu itu sebagai kejahatan HAM karena hukuman simpatisan dan pengurus PKI dianggap sebagai pelanggaran HAM berat sehingga pemerintah harus meminta maaf dan mencabut ketetapan MPR tentang pelarangan semua bentuk komunisme dan PKI di tanah air. Bahkan, kini mereka tengah berjuang di Mahkamah Internasional untuk memaksa pemerintah Indonesia meminta maaf kepada keluarga PKI dan membersihkan nama mereka sebagai pelaku makar.
Pergerakan ini muncul lagi, karena dipicu masalah ketimpangan ekonomi, karena lemahnya kesejahteraan, karena tidak adanya kontrol pemerintah terhadap sumber alam yang dalam UUD 1945 dinyatakan seluas-luasnya digunakan untuk kemakmuran rakyat. Kaum liberalis dan kapitalis kian berkuasa. Dan segala sumber kekayaan bangsa ini telah dikuasai asing sehingga kita tak lagi punya apa-apa. Sepertinya di era modern ini, ideologi tak hanya berkenaan dengan politik. Barat ternyata juga menggunakan paham mereka untuk menjajah bangsa lain atas nama demokrasi.
Komunisme modern juga terjadi pergeseran nilai. Komunisme kini juga tak lagi hanya sekedar ideologi dan pergerakan. Ideologi yang dipelopori China ini ternyata juga mengincar kekayaan alam yang dimiliki Indonesia. Presiden Jokowi dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan penulis lihat ada kecenderungan ke China. Liat saja, bagaimana tiga bank nasional besar yang menguasai mayoritas keuangan Bangsa Indonesia kini digadaikan ke China dengan nilai pinjaman 500T hanya 6 bulan setelah Presiden Jokowi naik jabatan. Ada indikasi balas budi atas bantuan negeri Tiongkok dalam pemenangan saat pilpres. Diduga penyandang dana pemilu berasal dari Negeri Tirai Bambu itu.
Rasa-rasanya partai pimpinan Megawati itu tak pernah belajar. Bagaimana ketika berkuasa mereka selalu menggadaikan aset bangsa. Tengok saja, kasus Indosat dan Pertamina dimasa Presiden Megawati bagaimana mereka menjual murah kedua aset tersebut ke asing dan enteng saja, mereka bilangnya butuh dana untuk rakyat. Sepertinya pemimpin dipilih hanya untuk mencari uang. Tapi mereka tak bekerja keras, bagaimana masalah bangsa ini teratasi, buka menambah masalah baru dari apa yang mereka lakukan. Lucunya, sudah ditipu di masa lalu, rakyat kita ternya tak juga bisa rasional dan kembali memilih kader partai moncong putih. Ah..apa yang salah dengan bangsa ini?
Komunisme kini tak lagi berupa paham yang anti-Tuhan. Mereka kini membawa misi baru yang jauh lebih berbahaya, yaitu menghancurkan Pancasila dan menjadikan negeri ini boneka yang dapat mereka kuasai sumber daya alamnya.

Sungguh naas bangsa ini. Di dunia kita hanya jadi penonton. Kita jadi bulan-bulanan dan bancakan bangsa lain. Sumber daya alam kita disedot habis-habisan dan kita diam saja. Tidak diam sebenarnya, tapi para pemimpin dan penentu kebijakan bangsa ini tak bisa berbuat apa-apa karena mereka sesungguhnya hanya manekin, boneka yang dikendalikan. Boneka kaum kapitalis dan komunis yang intinya sama, mengeksploitasi bangsa ini dari semua hal. Semoga Allah selamatkan bangsa Indonesia.



Gambar diambil dari : http://statis.dakwatuna.com/wp-content/uploads/2014/06/bahaya-laten-komunisme.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan tinggalkan komentar anda, bila tidak memiliki akun, bisa menggunakan anonim...