19 Januari 2016

Minangkabau dan Miami

Dulu, ketika pilot hendak mendaratkan pesawat terbang kami di Padang, saya tersentak menyimak maklumat pramugari. Kita sebentar lagi, katanya, tiba di Bandara Internasional Minangkabau.
“Lo, Tabing silih nama jadi Minangkabau?”
“Ah, Bapak saja yang tak baca Koran,” kata tetangga duduk saya. “Minangkabau itu bandara yang menggantikan Tabiang.”
“Ya, malas sekarang baca Koran, Uni. Tulisan di semua surat kabar pendek-pendek tapi kendor. Sama saja dengan yang dulu. Panjang-panjang tapi kabur. Lebih baik dapat berita dari televisi atau radio.”


Bandara Internasional Minangkabau rancak, rapi, dan bersih. Atapnya segera menyiratkan daerah tempat lahir pemimpin juga pemikir andal Haji Agus Salim, Tan Malaka, Mohammad Hatta dan Sjahrir. Itu menyebut beberapa dari masa dulu.
Mahasiswa Universitas Negeri Padang penjemput saya mengatakan selagi di bangun, di mandala Sumatera Barat bandara itu dijuluki MIA. Ini singkatan Minangkabau International Airport. Menjelang peresmiannya, rupanya ada yang mengingatkan, MIA kadung jadi kode pelabuhan udara Miami di Amerika Serikat. Sekarang, kata mahasiswa tadi, kami namai BIM : Bandara Internasional Minangkabau.
“Bagus, bagus,” saya bilang.” Kode dunia membuat Padang menobatkan bandaranya dengan singkatan yang berasal dan taat asas dengan bahasa Indonesia.”
Di luar kawasan BIM hampir semua orang yang saya jumpai di Padang menyebut MIA untuk pelabuhan udara yang dapat langsung memberangkatkan penumpang ke Singapura, Penang, dan Kualalumpur itu. Barangkali ini keterlanjuran saja, bukan lantaran kebiasaan kuminggris seperti yang kaprah pada segenap artis pengusaha, pejabat, pegawai, karyawan, sampai anggota DPR di Jakarta.
“Lalu, Tabing jadi apa?”
“Tabiang itu punya Angkatan Udara.”
Saudara-saudara di Sumatera Barat menyebutnya Tabiang, bukan Tabing. Mengapa tidak ditulis sebagai “Tabiang” saja kalau demikian membacanya?
“Itulah! Payakumbuah kami sebut, tapi kami harus menulisnya Payakumbuh,”
Saya jadi teringat pada Ayatrohaedi. Munsyi ini menulis bahwa ejaan yang sekarang kita gunakan dan berdasarkan kesepakatan dengan Malaysia memasyarakatkan dengan nama EYD, ejaan yang disempurnakan, padahal semula yang dimaksudkan adalah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. “Mungkin kerena ejaan itu juga diberlakukan untuk system penulisan bahasa daerah apapun di Indonesia jika menggunakan aksara Latin,” kata Ayatrohaedi.
Tabiang, demikian Kamus Umum Bahasa Minangkabau-Indonesia susunan H. Abdur Kadir Usman (Padang, 2002) berarti ‘tebing’, tapi juga ‘pelabuhan udara di Padang’. Karena mau dipertahankan dalam bahasa daerah setempat, bilangan yang berada di sekitar Padang ini mestinya, sesuai dengan ketentuan EYD, ditulis sebagai “Tabiang” saja. Toh Kamus Bahasa Indonesia-Minangkabau keluaran Pusat Bahasa (Jakarta, 2001) dalam lema tebing menulis tabiang sebagai padanannya.
Kalau mau diindonesiakan, seperti halnya New Zealand menjadi Selandia Baru, ia harus jadi Tebing. Begitu pula dengan Payakumbuh. Tulis saja Payakumbuah. Ajek dengan EYD, bukan? Ganti penulisan menamai wilayah sah-sah saja. Makassar oleh Orde Baru berubah jadi Ujungpandang, kembali lagi ke Makassar sekarang.

Balik ke MIA dan BIM. Rupanya dari paling tidak 9.497 bandara yang sudah diberi kode Internasional, menurut world-airport-codes.com, BIM sudah dipatenkan buat bandara Bimini di Bahamas. Maka, Bandara Internasional Minagkabau harus mencari kode lain. Pekerjaan ini mungkin makin sulit kalau kode itu harus dihubungkan dengan nama Minangkabau sebab dari MIA sampai MIZ, demikian pula MKA sampai dengan MKZ sudah dipatenkan. Bukankah Bandara Internasional Soekarno Hatta diberi kode CGK, dari Cengkareng? Bukan BSH sebab kode ini untuk bandara Brighton, Inggris. Akhirnya, kini kode PDG yang dipilih dari kata “Padang”. Yang cukup tepat saya kira buat kode, karena cukup merepresentasikan bandara di tanah Minangkabau ini.

Daftar pustaka :
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Wikipedia Indonesia
Salomo Simungkalit, Kolom Bahasa Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan tinggalkan komentar anda, bila tidak memiliki akun, bisa menggunakan anonim...