25 November 2014

Guru, Sebuah Pengorbanan atau Kehormatan

Guru dalam bahasa Jawa merupakan sebuah akronim yang bermakna sangat dalam, "digugu dan ditiru". "Digugu" artinya "dipercaya", dipercaya bermakna sangat luas dan kompleks. Pertama dipercaya ilmunya, karena tugas utama guru adalah mentranfer knowledge atau ilmu pengetahuan sehingga seorang guru harus benar-benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Tugas lain yang berkaitan dengan kata dipercaya ini adalah membangkitkan semangat belajar dan semangat ingin tahu dari siswa - siswanya. Sesungguhnya mempertahankan semangat ini sangatlah berat, ditengah tuntutan akademis yang serba monoton, kita diharuskan membangun jiwa ilmiah dan meniliti di jiwa para siswa. Ini tentu menuntut kemampuan dan kapasitas yang mencukupi dari seorang guru. Kharisma guru juga penting untuk mewujudkan hal ini, karena motovasi dan semangat dari guru sangat dibutuhkan siswa untuk mewujudkan fondasi yang kuat dalam membangun dirinya.
Kata kedua adalah "ditiru", bahasa asli Jawa ini juga memiliki kata yang sama persis dengan bahasa Indonesia. Ditiru bermakna diikuti, diilhami, dicontoh dan diteladani tindakannya. Copying  baik sikap, akhlak, tingkah laku, karakter ataupun bagaimana bertindak ilmiah dalam pembelajaran oleh siswa menjadi hal yang vital bagi seorang guru. Akhlak menjadi hal paling fundamental yang pasti ditiru oleh siswa. Sebagaimana yang kita tahu dalam dunia pendidikan dasar, guru merupakan sumber ilmu kehidupan bagi semua siswanya. Mulai dari membaca, menulis dan menggambar, guru di sekolah dasar sangatlah berperan. Maka guru di sekolah dasar sesungguhnya memiliki peran penting dalam pembangunan periode emas siswa. Karena SD-lah dasar-dasar ilmu pengetahuan ditanamkan, dasar-dasar akhlak kehidupan dibangun, etika dan moral bernegara mulai disusun mulai yang paling dasar. Inilah bagaimana kualitas dan dedikasi guru di sekolah dasar mutlak adanya, tak hanya menjadi landasan tapi tangga menuju pendidikan lebih tinggi menjadi tugas penting bagi guru di sekolah dasar.
Namun menilik nasib guru di Indonesia, jauh dari kata sejahter. Ditengah globalisasi yang deras dari barat guru dituntut dengan tantangan yang sangat besar untuk membangun siswa menjadi manusia yang seutuhnya. Bandingkan dengan artis, mereka dibayar mahal untuk merusak moral generasi penerus. Memang hal yang sangat kontras dengan nasib guru-guru yang ada di negara tentangga. Mereka sangat sejahtera, mereka memiliki level tingkat gaji kedua dibawah anggota DPR. Tengok saja Singapura dan Malaysia. 
Negara ini sepertinya lalai bahwa wajah pendidikan saat ini adalah wajah masa depan sebuah negara. Dan wajah negara saat ini, merupakan cerminan dari pendidikan masa lalu. Jika bangsa ini ingin memiliki masa depan yang cerah, seharusnya sadar membangun pendidikan secara serius. Guru yang diberi gelar "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" dari negara, sepertinya menjadi stempel pengesah bahwa nasib guru tak perlu diperhatikan, tak perlu kesejahteraan dan merupakan pengorbanan. Memang benar, tapi ingatkah negara ini jika kualitas suatu pemerintahan dalam suatu negara bisa dilihat dari bagaimana mereka memperhatikan nasib guru.
Dalam hari guru kali ini, isu penting selain isu Kurikulum 2013 adalah kesejahteraan guru. Sudah saatnya guru mendapat perhatian lebih dari segi kesejahteraan. Agar mereka mampu fokus bekerja dengan tuntutan zaman dan kurikulum yang semakin berat. Sehingga pekerjaan guru tak lagi dipandang sebagai pengorbanan atau pengambdian, tapi sesuatu yang menjadikan para guru menjadi terhormat.

Salam Hormat dan Bakti yang tiada tara saya persembahkan untuk semua guruku yang telah membimbing dan mendidiku dengan sepenih jiwa, kemuliaan dan dedikasi. Semoga Alloh SWT membalas jasa beliau dengan triliyunan kali lipat besarnya. amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan tinggalkan komentar anda, bila tidak memiliki akun, bisa menggunakan anonim...