Sore itu salju turun begitu lebat di Konya, menemani
perjalanan kami. Waktu sudah menunjukan pukul 2 siang, meskipun begitu suasana
layaknya menjelang magrib.
Tujuan saya pertama adalah Masjid Selcuk. Masjid ini
terletak di sebuah bukit kecil nan Indah di pusat kota Konya. Masjid ini begitu
unik dan berbeda dengan masjid umumnya di Turki. Para arsitek dunia mencatat
beberapa karya seni arsitektur yang paling unik warisan Dinasti Seljuk, dan
secara sadar dan nyata Dinasti Seljuk memiliki peran penting dalam bidang
arsitektur dunia. Dunia mencatat bagaimana dahsyatnya para arsitek selcuk di
zaman keemasan Islam tersebut. Karya paling fenomenal adalah kubah yang
berbentuk kerucut, sehingga jika anda berkungjung ke Konya, maka masjid-masjid
kuno di sini akan berkubah kerucut. Saking “inspiring”nya, gereja dan istana kerajaan di Eropa juga
mengadopsi.
Seperti kebanyakan masjid di Turki, masjid ini juga dihiasi
ornament-ornamen indah menghiasi marmer dinding dan tiang di dalam masjid. Di
masjid ini digunakan motif-motif muqarnas
yang melegenda hingga Eropa di abad ke-16 M. Karena itu, kehebatan dan keunikan
gaya ersitektur Selcuk telah diakui dunia, termasuk arsitektur modern. Para
arsitek Barat pun banyak belajar dari arsitektur Selcuk.
Capek berkeliling
di kompleks masjid, adzan ‘ashar berkumandang dan kami putuskan untuk sholat
berjamaan di masjid ini. Jamaah di sini tidak terlalu banyak, hanya satu shaf
saja. Maklum lokasi masjid memang agak jauh dari keramaian kota konya.
Setelah sholat,
kami segera melanjutkan kunjungan ke makam sultan dinasti Selcuk. Untuk masuk
ke kompleks makam, kita hanya perlu meminta izin pada pengurus/ imam masjid.
Sayang sekali, karena sudah sore jadi kompleks makam sudah ditutup. Eits,
tenang… berkat lobi yang keren dari mas Faiz kita diberi kesempatan selama 30
menit untuk ziarah ke makam. Maklum kita kan tamu dari Jauh, 15 jam perjalanan
dengan pesawat je… he4.
Setelah mendapat izin kami pun masuk ke dalam makam yang ada di dekat masjid. Makam ini tidak terlalu banyak, hanya ada beberapa makam. Desain makam ini juga menarik, kubahnya yang kerucut khas arsitektur selcuk. Saya sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan bangunan makam. Yah makam, ya begitu… dingin sepi. Saya lebih tertarik kepada pemandangan disekitar kompleks yang di batasi dinding seperti benteng. Dari sini kita bisa melihat pemandangan ke seluruh penjuru kota.
Puas di sini, kami
putuskan untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya. Museum dan
Masjid Jalaludin El Rumi (Maulana) menjadi incaran berikutnya.
jual bedug juga boleh komen dimari...he4
BalasHapus