Dalam kesempatan ini saya ingin menceritakan perjalanan saya ke museum yang
menjadi ikon Istanbul bahkan mungkin Turki, museum Hagya Sofia. Perjalanan
dimulai pukul 4 sore dari penginapan, ya maklum yang nganter tentu saja Mas
Ayub harus kuliah di pagi hari, jadi sore menjadi pilihan terbaik. Justru ini
yang saya inginkan, keindahan sejati Istanbul memang muncul kala malam
menjelang.
Kali
ini perjalanan menggunakan Trem, kendaraan seperti kereta namun jalanya pelan
dan menyusuri tengah kota. Yah mirip Trem di Jakarta kala masih bernama
Batavia, anda tentu tahulah maksud saya.
Kurang
lebih 45 menit membelah kota Istanbul dengan Trem kita akan sampai di stasiun
persis di samping Hagia Sofia, jalan kurang lebih 100 m kita akan sampai di
pintu depannya. Salah satu yang saya kagumi dari negara Turki, adalah penataan
transportasi-nya yang sangat bagus. Sudah sangat modern seperti kota-kota di
Eropa pada umumnya. Sangat bersih, hanya satu kekurangan “MAHAL”. Untuk sekali
jalan dibutuhkan sekitar 2 Turkish Lira yah sekitar 10 ribu rupiah jika kurs
Rp.5000/TL. Selain itu gedung-gedung tua juga tertata rapi dan sampai saat ini
masih digunakan untuk berbagai macam kantor pemerintah, museum bahkan ada yang
digunakan sebagai restoran. Inilah cara orang setempat melestarikan sejarah
masa silam dengan tetap memanfaatka dan merawatnya. Berbeda dengan negara kita
yang bangunan-bangunan kuno yang terlantar, yang sesungguhnya menyimpan potensi
wisata yang luar biasa. Misalkan Kawasan Kota Lama Semarang, yang sekarang
mirip kota Chernobil setelah terkena ledakan reactor nuklir (he4, lebay), rusak
tak terawat. Bahkan di Solo ada benteng yang mau dirobohkan dan diganti dengan
mall, benar-benar picik. Yah itulah Indonesia, kapan kita ini akan sadar
pentingnya memelihara sejarah negara sendiri?
Pukul
17.00 kurang lebih, kita telah sampai dikawasa Hagia Sofia yang menawan itu.
Ciri khas dari kejauhan telah nampak, warna merah yang mendominasi ornament banguna. Hagia Sophia, bahasa Arab:
آيا صوفيا , (bahasa Turki: Aya Sofya; bahasa Yunani:
Aγια Σοφία, "Kebijaksanaan Suci"), Sancta Sophia dalam bahasa Latin
atau Aya Sofya dalam bahasa Turki, adalah sebuah bangunan bekas basilika,
masjid,
dan sekarang museum,
di Istanbul (Wikipedia Indonesia, 2012).
Saat
Konstantinopel
ditaklukkan Sultan Mehmed II pada hari Selasa 27 Mei
1453 dan memasuki kota itu, Mehmed II turun
dari kudanya dan bersujud syukur kepada Allah, lalu pergi ke
Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan mengubahnya menjadi masjid yang
dikenal dengan Aya Sofia. Jumatnya masjid untuk salat Jumat.
Berbagai modifikasi terhadap
bangunan segera dilakukan agar sesuai dengan corak dan gaya bangunan mesjid. Pada
masa Mehmed II (1444-1446 dan 1451-1481) dibuat menara di
selatan. Selim II
(1566-1574) membangun 2 menara
dan mengubah bagian bangunan bercirikan gereja.
Termasuk mengganti tanda salib yang terpampang pada puncak kubah dengan hiasan
bulan sabit Lantas selama hampir 500
tahun Hagia Sophia berfungsi sebagai mesjid. Patung,
salib,
dan lukisannya sudah dicopot atau ditutupi cat.
Pada tahun 1937, Mustafa Kemal Atatürk mengubah status
Hagia Sophia menjadi museum. Mulailah proyek "Pembongkaran Hagia Sophia".
Beberapa bagian dinding dan langit-langit dikerok dari cat-cat kaligrafi hingga
ditemukan kembali lukisan-lukisan sakral Kristen.
Sejak saat itu, Gereja Hagia Sophia dijadikan salah
satu objek wisata terkenal oleh pemerintah Turki di Istambul. Nilai sejarahnya
tertutupi gaya arsitektur Bizantium yang indah mempesona.
Didalam
Hagia Sophia terdapat surat-surat dari khilafah Utsmaniyah yang berfungsi untuk
menjamin, melindungi, dan memakmurkan warganya ataupun orang asing pembawa
suaka. Terdapat sekitar 10.000 sampel surat yang ditujukan maupun yang
dikeluarkan kepada kholifah. Surat tertua ialah surat sertifikat tanah untuk
para pengungsi Yahudi
pada tahun 1519
yang lari dari Inkuisisi Spanyol pasca jatuhnya pemerintahan
Islam di Al-Andalus.
Surat ucapan terima kasih dari Pemerintah Amerika
Serikat atas bantuan pangan yang dikirim khalifah
pasca Revolusi Amerika abad ke-18.
Surat jaminan perlindungan kepada Raja Swedia yang
diusir tentara Rusia pada 7 Agustus 1709. Surat yang memberi
izin dan ongkos kepada 30 keluarga Yunani yang beremigrasi ke Rusia pada tanggal 13 Rabiul Akhir 1282 H (5 September
1865).Belakangan mereka
kembali ke wilayah khilafah. Peraturan bebas cukai barang bawaan
orang-orang Rusia
yang mencari suaka ke wilayah khilafah pasca Revolusi Bolshevik tanggal 25 Desember
1920 M.
Perjalanan
inipun diakhiri pada pukul 20.00. Puas rasanya jalan-jalan ke Istanbul secara lengkap.
Esok pagi kata mas Ayup saya akan diantar menuju k Ankara, jadi malam mini adalah
malam terakhir saya menginjakan kaki di kota megah ini. Tujuh bulan lagi ketika
saya kembali pasti kan ku kunjungi kembali tempat-tempat kejayaan Islam itu.
wah...amazing...
BalasHapusmakasih mis wulan...
Hapuswaw
BalasHapusmakasih....
Hapus