Century terkubur... cetury SKP3... century say good bye.... KAsus kakap yang sebenarnya bermuara ke banyak pejabat tinggi itu seakan terhenti dan tidak berujung ke pangadilan. Setelah aktor-aktor utama sandiwara pembobol uang rakyatitu diselamatkan, kini tinggal menutup peti kasus yang memang sejak awal tidak ingin diselesaikan secara tuntas.
Kasus yang sempat menyeret nama direktur Bank Dunia (dahulu Menkeu) Sri Mulyani telah jelas-jelas dipeti kemaskan. Lebih mengherankan, presiden SBY nampaknya juga tutup mata atas kerugian negara Rp.6.700.000.000.000,00 (6,7 triliyun rupiyah) yang disinyalir juga masuk ke kas Cikeas untuk kampanye pemilu 2004.
Indikasi itu nampak nyata ketika rapat kasus Century kembali diwacanakan sebagian anggota DPR dengan mengundang Menkumham Patrialis Akbar. Apa yang terjadi? Jelas Patrialis Akbar mangkir... seperti mental para pejabat di negeri ini, hanya bisa berteori tanpa ada bukti. Dulu Pak Patrialis adalah orang "berkoar" akan mengorbankan nyawanya demi penegakan hukum. Tapi kok takut atasan....
Ini adalah preseden buruk buat hukum Indonesia. Kalau kasus ini tidak terselesaikan demi keadilan, maka akan menghancurkan sendi hukum yang sudah rapuh....
(gambar Patrialis kabar : diambil dari www.primaironline.com dan Sri M dan Budiyono dari stat.k.kidsklik.com)
29 Juli 2010
22 Juni 2010
GILA KEKUASAAN ATAU POLITIK BALAS BUDI.....?
Komisi Pemilihan Umum (KPU) kini sedang dalam prahara besar. Sungguh diluar dugaan, Andi Nurpati yang kini masih aktif menjabat sebagai anggota KPU Pusat kini menjadi pengurus DPP PARTAI "SANTUN" Demokrat yang dibesarkan SBY.... Ini sungguh memalukan dan tidak etis bahkan terkesan Partai "SANTUN" Demokrat membajak pengurus KPU yang belum habis masa jabatannya.
Ini bisa menjadi preseden buruk bagi KPU, bagaimana tidak....banyak orang percaya kepada kredibilitas KPU sebagai pemegang kendali pemilu 2009 yang nampaknya banyak kasus utamanya DPT-DPT fiktif yang dilakukan Partai "SANTUN" Demokrat....namun lewat begitu saja, banyak yang mentah dipengadilan karena tidak terbukti. Dan semua pihak mampu menerima hal tersebut karena kredibilitas KPU yang masih dipercaya. Akan tetapi, dengan kejadian asumsi-asumsi yang berkembang bahwa KPU telah diset sedemikian hingga memenangkan partai tertentu, tentunya tidak dapat disalahkan. Asumsi yang menganggap KPU menjadi "anthek" pemerintah tak pula dapat dicegah. Khususnya Andi Nurpati yang mendapatkan posisi Strategis walau mengaku sebelumnya belum pernah menjadi kader Partai yang mengaku Santun itu terasa janggal adanya. Tentu banyak orang akan berasumsi bahwa Partai "SANTUN" Demokrat berniat balas budi atas "DIMENANGKANNYA" partai itu dalam pileg dan pilpres setahun yang lalu.
Seperti yang diuangkapkannya di Metro TV 21 Juni 2010 Semua orang boleh berasumsi, namun Andi Nurpati sendiri mengungkapkan bahwa tidak ada satu pasalpun yang ia langgar dan dia menyetujui hal itu karena ini menyangkut kariernya ke depan.... Ini sungguh ironis sekaligus memilukan. Seorang yang memegang amanah sangat vital tergoda oleh jabatan partai..., ini sebuah hal yang serius.
Kalau diteliti lebih mendalam.... memang bukan 100% kesalahan Andi Nurpati. Ini juga merupakan kesalahan Partai Demokrat selaku pelamar..., bukanya tidak tahu, namun kesannya adalah meremehkan konstitusi.
Sudah jelas stake holder undang-undang KPU adalah KPU sendiri dan parpol. Namun mereka justru menganggap ini adalah hal biasa dan berlindung dibalik hak konstitusi dari setiap warga negara. Patut diingat bahwa memang hak politik seseorang memang sepantasnya dihormati, namun ketika telah menjabat sebagai anggota KPU tentu dia harus mematuhi tata perundangan yang berlaku, dan hak politik yang melekat juga disesuaikan dengan jabatanya saat itu, jadi tidak seeneknya saja memutar balikan undang-undang. Ini adalah pelanggaran dan penghianatan terhadap konstitusi. Partai Demokrat yang ngakunya Partai "SANTUN" nyatanya hanya omong gede, praktiknya politik busuk....
Sudah sebejat inikah moral pejabat bangsa ini, kini tak dapat dibedakan mana pejebat mana penjahat... semua bermuka sama, hanya beda kursi dan lokasi...(Gambar diambil dari : http://www.indonesia-1.com dan http://media.vivanews.com)
Ini bisa menjadi preseden buruk bagi KPU, bagaimana tidak....banyak orang percaya kepada kredibilitas KPU sebagai pemegang kendali pemilu 2009 yang nampaknya banyak kasus utamanya DPT-DPT fiktif yang dilakukan Partai "SANTUN" Demokrat....namun lewat begitu saja, banyak yang mentah dipengadilan karena tidak terbukti. Dan semua pihak mampu menerima hal tersebut karena kredibilitas KPU yang masih dipercaya. Akan tetapi, dengan kejadian asumsi-asumsi yang berkembang bahwa KPU telah diset sedemikian hingga memenangkan partai tertentu, tentunya tidak dapat disalahkan. Asumsi yang menganggap KPU menjadi "anthek" pemerintah tak pula dapat dicegah. Khususnya Andi Nurpati yang mendapatkan posisi Strategis walau mengaku sebelumnya belum pernah menjadi kader Partai yang mengaku Santun itu terasa janggal adanya. Tentu banyak orang akan berasumsi bahwa Partai "SANTUN" Demokrat berniat balas budi atas "DIMENANGKANNYA" partai itu dalam pileg dan pilpres setahun yang lalu.
Seperti yang diuangkapkannya di Metro TV 21 Juni 2010 Semua orang boleh berasumsi, namun Andi Nurpati sendiri mengungkapkan bahwa tidak ada satu pasalpun yang ia langgar dan dia menyetujui hal itu karena ini menyangkut kariernya ke depan.... Ini sungguh ironis sekaligus memilukan. Seorang yang memegang amanah sangat vital tergoda oleh jabatan partai..., ini sebuah hal yang serius.
Kalau diteliti lebih mendalam.... memang bukan 100% kesalahan Andi Nurpati. Ini juga merupakan kesalahan Partai Demokrat selaku pelamar..., bukanya tidak tahu, namun kesannya adalah meremehkan konstitusi.
Sudah jelas stake holder undang-undang KPU adalah KPU sendiri dan parpol. Namun mereka justru menganggap ini adalah hal biasa dan berlindung dibalik hak konstitusi dari setiap warga negara. Patut diingat bahwa memang hak politik seseorang memang sepantasnya dihormati, namun ketika telah menjabat sebagai anggota KPU tentu dia harus mematuhi tata perundangan yang berlaku, dan hak politik yang melekat juga disesuaikan dengan jabatanya saat itu, jadi tidak seeneknya saja memutar balikan undang-undang. Ini adalah pelanggaran dan penghianatan terhadap konstitusi. Partai Demokrat yang ngakunya Partai "SANTUN" nyatanya hanya omong gede, praktiknya politik busuk....
Sudah sebejat inikah moral pejabat bangsa ini, kini tak dapat dibedakan mana pejebat mana penjahat... semua bermuka sama, hanya beda kursi dan lokasi...(Gambar diambil dari : http://www.indonesia-1.com dan http://media.vivanews.com)
Langganan:
Postingan (Atom)