Istanbul
tak henti-hentinya memancarkan keindahan dan daya tarik turisme sejarah. Setelah
disihir oleh selat Bosporus “sang pembelah Eropa dan Asia” yang menyimpan
sejarah ribuan tahun bangsa Romawi hingga Babilonia, sore ini kami berencana
mengunjungi sebuah masjid yang sangat mashur di Turki tak lain dan tak bukan Masjid
Sultah Ahmed. Masjid yang bisa dikenali dengan warnanya yang biru laut ini
merupakan masjid kebanggaan Istanbul.
Masjid
Sultan Ahmed (bahasa Turki: Sultanahmet Camii) adalah sebuah masjid ibukota Kesultanan Utsmaniyah ( dari 1453 sampai 1923). Masjid ini dikenal
dengan juga dengan nama Masjid Biru karena pada masa lalu interiornya berwarna
biru. Masjid ini dibangun antara tahun 1609 dan 1616 atas perintah Sultan Ahmed I,
yang kemudian menjadi nama masjid tersebut. Ia dimakamkan di halaman masjid.
Masjid ini terletak di kawasan tertua di Istanbul, di mana sebelum 1453
merupakan pusat Konstantinopel, ibukota Kekaisaran Bizantin/Bizantium. Berada di dekat
situs kuno Hippodrome,
serta berdekatan juga dengan apa yang dulunya bernama Gereja Kristen
Kebijaksanaan Suci (Hagia Sophia) yang sekarang diubah fungsinya
menjadi museum.
Jaraknya
cukup dekat dengan Istana Topkapı, tempat kediaman para Sultan
Utsmaniyah sampai tahun 1853
dan tidak jauh dari pantai Bosporus. Dilihat dari laut, kubah dan menaranya mendominasi
cakrawala kota Istanbul. Arsitek Masjid Sultan Ahmed, Sedefhar Mehmet Aga, diberi
mandat untuk tidak perlu berhemat biaya dalam penciptaan tempat ibadah umat
Islam yang besar dan indah ini. Struktur dasar bangunan ini hampir berbentuk
kubus, berukuran 53 kali 51 meter. Seperti halnya di semua masjid, masjid ini
diarahkan sedemikian rupa sehingga orang yang melakukan Salat menghadap ke Makkah, dengan mihrab
berada di depan.
Pukul
4 sore kita berangkat “mlipir” pantai Bosporus nan indah dengan sambutan
sunset. Jalan begitu ramai, karena malam minggu. Tak di Indonesia, di sini
malam minggu juga merupakan ajang melepas penat selama sepekan bekerja atau
sekolah. Orang-orang Turki berjejal datang ke restoran ikan untuk menikmati Hamsi nan terkenal itu, katanya mas Ayup sih ni ikan emang muncul di awal
musim dingin dan rasanya paling enak adalah yang berasal dari selat Bosporus,
dimana kami berpijak saat ini.
Tak
lama sebelum magrib kami telah sampai di Masjid Sultan Ahmed. Hal pertama yang
selalu diingatakan ustads ngajiku dulu, ketika sampai masjid jangan lupa sholat
2 rekaan tahyatul masjid. Nasihat itupun ku ikuti he4. Seperti masjid-masjid kuno
di Turki, tak setengah-setengah dalam membangun tempat suci umat Islam ini.
Dari desain, pilihan bahan bangunan sampai interior dan penataan konstruksi
begitu diperhatikan. Detailnya yang menawan dan keindahan lukisan kaligrafi
asli buatan tangan warisan Utsmaniyah tertabur rapi di dinding masjid. Memang
meda rasanya Sholat ditempat yang bersejarah apalagi masjid di masa kejayaan
Islam, sungguh berkesan di hati. Tak ingin cepat-cepat pulang rasanya ketika
berada dalam masjid, ingin berlama-lama menikmati arsitektur masjid ini.
Jama’ah
masjid besar ini cukup banyak ternyata, hingga 3 shof…, jangan bandingkan
dengan masjid ditempat kita yang 1 shof ajah ga penuh..he4. Setelah sholat jama’ah
magrib diselenggarakan, seorang qori’ membaca ayat-ayat Al Qur’an. Lantunan
ayat bertalu-talu serasa mendamaikan hati.
Keluar
masjid, tak beda dengan dalam masjid. Karya seni agung ini juga masih
memancarkan keindahannya. Terutama enam buah menara menjulang mencakar langit,
menegaskan bagaimana Islam begitu merasuk jiwa dan mengilhami penguasa waktu
itu sehingga membangun sebuah master piece masjid Sultah Ahmed.
Puas
tak terkira menelusuri Karya Keemasan Islam, perjalanan di akhiri dengan
makan Pidie, mirip pizza, namun panjang 1 meter, wes…makanan apa lagi ini. Roti
gandum hasil panggangan langsung oven kuno, ditaburi jamur, daging, sayuran tak
lupa keju menjadikan roti ini luar biasa. Tak kalah dengan kebab yang meshur
itu. Kenyang dan “gratis” he4, yah masih banyak tempat di Istanbul ini yang
menunggu untuk dikunjungi, namun malem semakin larut, nampaknya perjalanan akan
dilanjutkan besok.