Kita
seharusnya gundah dengan dinamika politik saat ini atas apa yang terjadi pada
pemerintahan Jokowi. Namun kita harus percaya bahwa Presiden Jokowi bukanlah
sosok yang mudah terkungkung kekuasaan. Ia akan segera keluar dari kerangkeng
rasa amannya dan menyelesaikan segala persoalan satu per satu. Seratus hari
memerintah cukup bagi presiden untuk menimbang siapa para loyalis, oportunis
dan penghianat, baik yang berada di pemerintahan maupun di luar pagar
pemerintahan.
Terus
bagaimana tugas seorang pemimpin disaat seperti ini? Saat ini secara simbolik
pemimpin harus menjadi Mbok Turah. Menjadi
mbok (baca : ibu) dan turah (tak
pernah kekurangan) dalam memberikan kasih saying dan menghidupi anak-anaknya,
yaitu seluruh bangsa, secara adil. Sebaliknya, ia akan mengambil segala resiko
untuk melindungi anak-anak dan Tanah Air-nya.
Dalam
perspektif budaya politik, kini saatnya bagi Presiden Jokowi menerapkan prinsip
suro diro joyo ningrat lebur dening
pangastuti (segala kesaktian dan kehebatan akan kalah oleh kelembutan).
Lembut bukan berarti tidak adil dan tidak tegas. Itu juga sifat otentik dari
Mbok Turah.
Dalam
konstruksi seperti itu, langkah awal yang harus dilakukan Jokowi adalah
mengukuhkan kembali komunikasi dengan Megawati Soekarnoputri. Suka atau tidak,
dari PDIP Jokowi menapak ranah politik kekuasaan. Sejak pelantikan Kabinet
Kerja, siapa pun yang mencermati gerak politik Indonesia akan menangkap
merenggangnya hubungan mereka.
Sebelum
memang santer ada isu miring bahwa Jokowi hanya sebagai boneka. Ini sama dengan
isu yang menghebat akhir-akhir ini, yaitu Megawati akan “di-KPK-kan” menyangkut
kebijakan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang ia gulirkan ketika
menjadi presiden, sedangkan gembpuran isu yang menghampiri Jokowi adalah ia akan
dimakzulkan oleh Megawati.
Secara
politik, isu itu dapat ditempatkan secara variable disinformasi yang sengaja
diolah dan ditebar oleh suatu kalangan politik guna menjauhkan relasi kedua
tokoh tersebut. Tujuannya sederhana apabila hubungan mereka berjarak, apalagi
berkonflik, peluang untuk “mengontrol” Jokowi dari pintu mana pun akan terbuka.
Kemudian,
disinformasi itulah yang menjadi pemicu munculnya fenomena Budi Gunawan sebagai
calon Kepala Polri, Bambang Widjojanto menjadi tersangka, dan hiruk pikuk lain
menyangkut hubungan Polri-KPK yang di mata public hubungan kedia institusi
penegak hukum tersebut sudah dianggap gontok-gontokan. Akibatnya, hampir
seluruh gerak dan eksekusi kebijakan pemerintah melamban dan sebagian besar
masyarakat bingung serta merasa tersia-sia.
Hubungan
Megawati-Jokowi sebagai titik pijak guna mencermati arah politik nasional tiga
bulan terakhir, Terlepas dari semua kelemahan dan kekurangan Megawati, dia
adalah politisi paling tangguh saat ini karena memiliki pengalaman politik paling
lengkap sejak kecil-anak presiden, ketua umum partai, pernah menjadi wakil
presiden dan presiden, serta “melahirkan” presiden. Ia juga pernah di telikung
jika tidak boleh disebut dikhianati oleh orang-orang yang sebelumnya dia
percaya.
Bacaan
politik Megawati, dengan demikian akan sangat diperhitungkan lawan. Kedekatan
Megawati dan Jokowi akan mempersempit ruang maneuver mereka. Oleh sebab itu
hubungan tersebut harus diperlemah, bahkan kalau bisa diputus. Tanpa itu, upaya
untuk mempengaruhi Jokowi lebih bersifat utopis dari pada realistis. Juga sulit
untuk menyusun skenario mengubah bangunan politik kekuasaan.
Dengan
buruknya komunikasi Megawati-Jokowi, misalnya, pihak-pihak yang berkehendak
mempunyai peran dominan dilingkaran kekuasaan bisa meyakinkan Jokowi bahwa
apabila Megawati dan PDIP keras kepala, arah politik bisa diubah. Dengan
istilah lain, ketika presiden melakukan perombakan cabinet, menteri yang
berasal dari Koalisi Indonesia Hebat (KIH) bisa diganti oleh figure-figur yang
berasal dari Koalisi Merah Putih (KMP). SIngkatnya, dalam konfigurasi politik
baru itu, KMP menjadi partai pemerintah dan KIH menjadi partai oposisi. Kaki
keuasaan berubah, tetapi presidennya sama.
Oleh
sebab itu, untuk mencegah ketidak pastian politik dan meluasnya spekulasi
public, ibarat Mbok Turah yang tidak pernah lelah menyayangi dan memberi,
langkah yang perlu segera dilakukan Jokowi pekan ini adalah secara lembut dan
tegas mengukuhkan kembali eksistensi Polri dan KPK. Lalu, Jokowi harus
berkomunikasi dengan Megawati sekaligus mempertegas komitmennya untuk
mempertahankan hak prerogatifnya sebagai Presiden Republik Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan tinggalkan komentar anda, bila tidak memiliki akun, bisa menggunakan anonim...