Hari ketiga saya
di Phnom Penh saya isi dengan berkeliling di kota Raja ini. Sekitar jam 9 pagi tuk-tuk
yang telah saya booking kemarin sore
datang menjemput saya di hotel dan perjalanan dimulai. Misi pertama adalah
mengunjungi istana raja Kamboja. Istana ini cukup besar dan berada tepat di
tepian sungai Chao Phraya. Hari itu adalah tepat ulang tahun raja Kamboja,
sehingga kunjungan di batasi hingga sampai bagian pertama dari Istana, karena
bagian pusat Istana digunakan untuk perayaan. Tiket masuk 20 dolar, bayangin
dan bandingkan dengan masuk Istana Sultan Jogja, hanya 10 ribu alias 5% dari
harga di sini. Namun he4, ada enaknya juga, biasanya tiket masuk 20 dolar kali
ini di gratiskan berhubung hari special ini. Emang lagi beruntung ini nasib,
he4.
Setelah puas
keliling Istana dan foto-foto ria, saya lanjutkan perjalanan ke pusat kota
Phnom Penh, ada salah satu tugu yang terkenal disini yaitu tugu Asean, dimana
persis di depan rumah dinas raja. Tugu ini dibangun untuk memperingati masuknya
Kamboja menjadi negara Asean. Di sebelahnya juga ada tugu kemerdekaan, untuk
mengenang perjuangan pahlawan Kamboja dari penjajahan Perancis. Keamanan di
sini sangat ketat, tapi kita diijinkan kok lama-lama di tempat ini, maka
setelah foto-foto kita langsung cabut ke sebuah kanal di tepian Chao Phraya.
Kanal ini namanya kanal “merah”, yah mirip jembatan merah di Surabaya, he4.
Soalnya, kata bapak sopir tuk-tuk dulu sejarahnya disini terjadi pembantaian
warga tepian sungai oleh rezim Kmer Merah dan terjadi banjir darah, ngeri
pokoknya saya bayangin, emang mereka kejam.
Tujuan terakhir
tour hari ini adalah Central Market
di Phnom Penh. Stulnya sih saya masih penasaran dengan gedung pembantaian di
Tuol Slenk (kalo g salah), dimana katanya tuh tempat adalah sekolah yang diubah
menjadi penjara dan tempat eksekusi jutaan manusia, haduh… saya kayaknya g tega
kalo harus berkunjung ke sana, bisa hilang nih mut saya. Ya udah deh, langsung
cekidot ke Central Market untuk beli suvenir dari sini.
Central market adalah
pasar tradisional terbesar di Phnom Penh yang menjual segala macam rupa
kebutuhan. Di bagian luar anda akan menemui penjual baju dan keperluan fashion
lain. Di bagian dalam adalah pusat penjualan perhiasan, uang dan kosmetika.
Jadi pasti ni ibu-ibu yang mendominasi bagian dalam, he4. Kemudian di bagian
belakang adalah bahan sembako, mulai dari beras, gula, minyak sampai daging
babi di jual disini. Untuk kamu nih, yang mau cari suvenir, ga perlu masuk ke
dalam deh, cukup di bagian depan dari pasar, nah tuh pusat cinderamata.
Satu barang yang
saya incar, kaos…, alamak murah meriah, satu kaos dijual cuman 2 dolar, tapi
jangan tanya, kualitas kainya pas-pasan, jadi nyari yang agak bagusan dikit
lah, sekitar 4 dolar anda akan mendapatkan kaos layak pakai he4. Okedeh, deal
satu kaos 4 dolar warna kesukaanya saya coklat dibungkus.
Habis beli
oleh-oleh, perut pasti berontak minta jatah. Haduh, makanan di mana-mana tapi
babi semua. Ane kan muslim, yah cari yang halalan toyyiban susah bingit si
sini. Nah liat mangga, udah beli sekilo cuman sedolar. Sambil mangga di
“brakot” (vulgar ga sih?, he4) saya pulang menuju hotel. Jadi praktis makanan
saya disini adalah roti, buah dan makanan merek Indonesia yang dijual mini
market di sini yang udah ada lebel halal.
Sudah jam 2 nih
nyari tempat sholat susah banget. Karena mayoritas warga Kamboja adalah Budha
maka yang mendominasi adalah vihara. Waktunya pulang ke hotel, ni jadi
buru-buru pulang karena jam 4 udah asar dan persiapan menuju ke kota berikutnya, Siem Reap
atau lokasi Angkor Wat. Makan roti tawar dan mie goreng (merk “s*dap”, he4)
menjadi penutup sore ini. Habis mandi dan packing saya siap-siap di lobi buat
nunggu jemputan bus dari agen. Jadi urusan mencari bus tak perlu susah, kita
tinggal pesen ke resepsionis udah dibeliin, harganya 13 dolar sleeper bus dari agen Virak Bhutan.
Mas resepsionis
ini emang baik banget, pokoknya segala urusan saya beres deh sama masnya.
Ngakunya sih namanya John, ha3… tapi gue g percaya…, masak orang Kamboja
namanya begitu. Nah cerita dia nih, nama aslinya adalah Joyankromvipur (nah
lho…), karena orang barat susah manggilnya, jadinya mereka kasih julukan John
supaya mudah dipanggil… ada2 ajah yah, tapi saya lebih suka nama panggilanya,
soalnya nama yang kedua susah banget di apalin.
Bus jemputan
datang tepat pukul sepuluh malam, saya harus meninggalkan hotel dan John, yah
sedih juga, teman baru saya yang baik banget, setelah foto bareng saya menuju
bus. Bus ini kecil karena merupakan bus pengumpul, yang kemudian dibawa kea gen
bus. Disini emang ga ada terminal, jadi kalo naik bus emang harus dari
agen-agen bus. Beberapa menit berkendara sampailah saya di agen bus, dan
diberikan tiket perorangan dan air mineral 600 mL.
Alamak, ternyata
saya harus nunggu hampir 2 jam karena bus berangkat jam 12 malem, hadeh, dah
ini bus terakhir ke Siem Reap. Sebetulnya ada pemberangkatan pagi atau sore,
namun saya pilih malem aja deh supaya ngrasain sleeper bus, he4. Jam setengah dua belas penumpang di suruh masuk.
Nah jangan tanya isinya, mulai dari ras kuning, bule sampai sawo matang
(padahal yang sawo matang cuma saya tok, he4. Yah g papa. No kursi saya 6, dah
saya bersebelahan dengan penumpang dari AS, yah Amerika Serikat. Kenalan
dong…he4, wah namanya Cathy (ga tau nama sebenarnya atau tidak), dah busyet dia
udah backpackeran 4 bulan g pulang sama sekali, weleh… Sendirian, weleh lagi.
Ga takut rupanya. Dia berangkat dari India, terus Nepal, Myanmar, Laos, Vietnam
dan Kamboja dan rencananya doi nih mau lanjutin ke Thailand dan Malaysia
kemudian pulang, wah Indonesia kelewatan dong? He4. Doi mahasiswa hukum yang
sedang ambil cuti buat bacpackeran. Setelah ngobrol ngalor ngidul, dia kayaknya
lelah dan memutuskan buat tidur. Nah saya gimana bisa tidur caranya begini,
bersebelahan dengan cewek cakep dan asal tau sleeper bus ini modelnya
kayak ranjang, jadi emang di desain buat tidur, tapi saya gagal tidur (pusing
dah…)
Nah, Yang Maha
Kuasa menolong saya nih, ada kursi di depan saya yang kosong dan bersebelahan
dengan biksu yang laki-laki tentunya. Jadi deh saya pindah ke depan supaya mata
dan hati tenang… ha4, dan tidur dengan nyenyak. Maklum aja ane masih muda dan
jomblo lagi (malah curcol). Jadi deh ane tidur nyenyak mpe pagi.
Tiba di Siem
Reap sekitar pukul 8 pagi dan bukan di terminal, tepatnya di agen bus. Keluar
dari bus akan banyak tawaran naik tuk-tuk untuk mengantar ke lokasi penginapan,
eits… jangan langsung terima. Mereka pasti nawarinnya tinggi-tinggi. Saya
berinisiatif, jalan beberapa meter keluar dari lokasi, nah bener filing ane
nih, ada satu tuk-tuk dateng dan nawarin 5 dolar buat ngater saya, yah saya
harus kejam, 3 dolar kalo mau, kalo ga saya mau jalan kaki nih, he4…, yah
akhirnya dia mau, he4. Jadi deh saya dianter ke Velkomen Guest House tempat
saya menginap selama 3 hari di Siem reap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan tinggalkan komentar anda, bila tidak memiliki akun, bisa menggunakan anonim...