Pagi itu hari ke 15 bulan Mei 2014, kesampaian juga diriku menapaki bumi Kamboja yang telah lama daku tulis dalam agenda. Benar memang, keinginan sekecil apapun harus ditulis, supaya jadi kenyataan... begitulah kira-kira. Perjalanan ke Kamboja sendiri sudah kurancang 2 tahun sebelumnya. tiketpun setahun sebelumnya sudah ku beli. Jam 8.00 waktu setempat, pesawat Mandala-Tiger Air dari Jogja mendarat mulus di Phnom Penh International Airport. Jangan dibayangin bandara ini ramai seperti Jakarta atau Jogja. Bandaranya relatif sepi, tak banyak penerbangan, jauh lebih bagus dan ramai bandara Adi Sumarmo di kampung tercinta.
Setelah mendarat dan cek di bagian imigrasi untuk mendapat stempel dan woila, tak perlu bayar visa... WNI bebas keluar masuk Kamboja, hee4.
Keluar bandara, langsung banyak tawaran taksi dan tuktuk (kaya bentor kalo di Medan) dan harganya men, mahal abis... mereka menawarkan harga 30 dolar buat nganter dari bandara sampe penginapan di pusat kota. Weleh... mahal bingits (untuk bocoran, anggaran saya selama di kota ini hanya 25 dolar saja, he4). Jadi saya tawar dengan kejam, 5 dolar, dan mereka pun menolak dengan kejam pula...he4. Begitu seterusnya hingga saya berjalan kira-kira 1 km keluar bandara. Harga kompakan 30 dolar. Jangan heran di Kamboja mata uang dolar Amerika lebih laku dipakai dari pada mata uang Riel Kamboja. Ga Tau kenapa dah... padahal kursnya lebih tinggi dari Rupiah lho... 1 dolar Amerika setara dengan 5000 Riel Kamboja. nah lho gimana Kurs Indonesia kalah ma Kamboja. Ga perlu dipikirin dah...he4
Karena tak kunjung ada tuk-tuk yang mau terima tawaran saya, saya akhirnya mengeluarkan peta yang telah saya prin dari "google maps" sebelumnya. Dah woila... jarak dari bandara ke penginapan sekitar 15 km, wow... dan kalo jalan kaki bisa memakan waktu 3-4 jam.
Tapi ga pa2, saya coba niatkan untuk berjalan, karena berdasar peta,tak jauh saya akan nyampek di pasar kota, dan pastinya nyari sarapan dan berharap ada tuk-tuk yang mau di bayar murah buat nganter saya.
Beruntung juga, ternyata tepat ketika saya datang adalah puncak perayaan ulang tahun Raja Kamboja, entah lah siapa namanya..he4, tapi foto-foto beliau ada dimana-mana sepanjang jalan kota. Saking sayangnya mungkin rakyat kepada rajanya begitulah kira-kira.
Saya sempat jeprat-jepret kegiatan ibadah warga sini untuk mendoakan sang raja, karena mayoritas warga Kamboja adalah beragama Budha, jadi jangan heran kalo banyak biksu.
Karena peta yang saya bawa tidak terlalu jelas (peta gratis soalnya), saya putuskan bertanya polisi. Nah, mereka sangat ramah, tapi sayang g bisa bahasa Inggris. Jadi terpaksa kami berkomunikasi pake bahasa Tarzan... (taulah maksud saya, he4)
Yah, ditunjukinlah saya ke jalan yang benar..., meski tak tahu apa yang beliau ucapkan, setidaknya daku tahu kalo tidak tersesat. Setengah jam melalaui jalan Charles de Gaulle, sampailah saya ke pasar kota dan segera saya cari makan buat sarapan... alamak... makanan disini bener2 tidak sesuai dengan saya, daging babi ada dimana-mana, dan akhirnya saya cuma beli roti dan melon, habis 2 dolar, lumayan murah..., yang penting perut terisilah (kere banget pokoke..., he4)
Tidak seperti di Indonesia, kendaran berjalan di sisi kanan jalan. Lalu lintas di Kamboja kacau balau, yah mirip Jakarta. Orang melawan arus udah biasa, dan jangan salah klakson tidak banyak bunyi. Mungkin di maklumi. Tapi ekstriman Jakarta saya fikir, trotoar aja tembus tu oleh para bikers, terus kemacetan huft... capek pokoknya kalo ngomongin macetnya Jakarta....
Nah, udah sejam saya jalan capek juga ternyata, saya duduk di depan Universitas Nasional Kamboja, kebetulan rimbun dan sambil minum air mineral 600 mL seharga setengah dolar.
Saat duduk mengusir lelah, ada tuk-tuk yang nyamperin... sopirnya lumayan bisa English. 10 dolar katanya buat ke pusat kota, yah masih mahal... saya tawar 3 dolar.. (kejam benar), dia bilang 5 dolar, tapi saya menolak... akhirnya dia menyerah dan 3 dolar untuk sampai ke penginapan, horeee... Saya tunjukin, kertas bookingan guest house saya, kami segera melaju...
setengah jam muter-muter, tak ketemu juga tempatnya, kasian juga, tapi bodo amat.. kenal ja nggak, he4 (ala-ala Bintang Bete). Abangnya nanya berulang-ulang sama temenya. Akhirnya setelah capek muter-muter, kita nyampek juga di
Longlin House, Street 19, No.159 Daun Penh, Phnom Penh, Kamboja, bisa webnya di cek di sini. Karena kasian muter-muter akhirnya emasnya saya tawarin order buat Tour Keliling Phnom Penh esok hari, di ngasih harga 10 dolar saya tawar 3 dolar...deal 5 dolar...he4. Okelah... besok jam 9 pagi sampai 1 siang kita kan kelilling kota raja Phnom Penh dengan tuk-tuk...he4.
Setelah kelar urusan dengan abang tuk-tuk, saya langsung ke lobi hotel (guest house maksudnya) dan konfirmasi booking. 2 hari 10 dolar, 1 kamar single bed dengan kipaas angin... tempatnya recomended lah dari saya banget deh, pusat kota, terus deket minimarket, bisa pesen tiket bus dan ada tempat jemur pakaian pula... jadi g perlu londri, bisa nyuci sendiri terus juga aman dan ramah.
Setelah bayar booking, saya langsung diantar menuju kamar. Karena capek luar biasa, saya putuskan untuk tidur dah... rencana nanti sore mau jalan-jalan ke Sungai yang terkenal di Kamboja...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan tinggalkan komentar anda, bila tidak memiliki akun, bisa menggunakan anonim...