4 November 2013

Berkelana ke Jambi Part 2 : Keliling Kota Jambi

       Perjalanan hari pertama di Jambi saya lakukan setelah beristirahat sekitar 3 jam. Badan cukup segar untuk melakukan perjalanan. Perjalanan keliling Jambi ini saya lakukan dengan berjalan kaki dan untuk jarak yang lumayan jauh saya naik angkot. 
      Siang itu setelah melangkahkan kaki, beberapa saat saya menemui Patung Selamat Datang, mirip di Jakarta… tapi yang ini motif daerah Jambi. Di Jambi sendiri, di daerah Sumatera budaya memang mirip-mirip, bahkan Jambi sendiri bisa dikatakan sama dengan Sumatera Selatan. Memang secara sejarah Jambi adalah wilayah kerajaan Sriwijaya yang dahulu menguasai seluruh Sumatera. Bahasa dan dialek buk, mirip. Jambi juga merupakan kota yang ramai dengan atmosfer Islam yang kental.



      Lanjut perjalanan dengan angkot, sekitar 5 menit dari Tugu Selamat Datang, kita akan menjumpai Masjid yang terkenal.  Satu bangunan unik yang bisa mengisyaratkan hal tersebut yaitu Masjid Seribu Tiang. Masjid ini memang penuh dengan tiang, tapi pastinya tidak sampai seribu buah. Seribu adalah perlambang karena banyaknya tiang, maka orang lebih suka menyebutnya dengan kata seribu. Kalo jumlahnya sendiri, saya ga tahu persis…he4, maklum ga sempet menghitung.
      Lanjut perjalanan ke destinasi terkenal lainnya, yaitu jembatan Batanghari. Karena tidak ada angkot, dari Masjid ke Jembatan Batanghari, ngojek bisa jadi pilihan. Hanya 15 ribu.he4
    Seperti kebanyakan kota di Indonesia, yang peradabannya di bangun di sekitar perairan khususnya sungai, maka Kota Jambi pasti memiliki sungai besar yang menopang sendi kehidupan masyarakatnya. Jambi memiliki sungai yang sangat terkenal, yaitu sungai Batanghari. Sungai yang panjangnya mencapai 400 km ini membelah Kota Jambi. Terdapat 2 jembatan besar yang mengubungkan kedua belahan kota Jambi. Salah satunya adalah jembatan Batanghari I, yang lebih dahulu di bangun dari pada Jembatan Batanghari II. Mungkin tak seterkenal Jembatan Musi di Palembang, atau Jembatan Suramadu di Surabaya, namun lagi-lagi saya takjub, bagaimana kayanya negeri ini dengan sumber daya alam yang hampir tak terbatas jumlahnya. Namun apa mau dikata, rakyatnya tetep ajah masih hidup susah, apa yang salah dengan negeri ini? Yah, kita nikmati aja pemandangannya…he4, jadi hilang mut kalo pikiran politik negeri tercinta. He4..


    
       Setelah lelah berkeliling, saya memutuskan untuk mencari kuliner terkenal dari Jambi, orang sini sih bilangnya yang terkenal adalah pindang patin… kayaknya mak nyus… di Pinggir Sungai ada sebuah restoran terkenal yang menyediakan hidangan Pindang Patin. Harganya cukup terjangkau, 1 porsi lengkap pindang patin, nasi dan es teh hanya di jual dengan 35 ribu, yah standard lah,,, sekali2 makan makanan bergizi, jangan mi instan melulu.


      
       Karena sudah pukul 5.30 sore, saya putuskan untuk pulang, sambil mampir di pasar Kota Jambi. Tujuan saya dah pasti, berburu oleh2… paling gak, kalo g beli, bisa liat2 dulu lah. Biar tahu taksiran harganya. Bisa buat perbandingan. Barang yang menjadi incaran saya adalah batik khas Jambi, Yang bermotif daun2an atau kapal yang khas memang hanya ada di Jambi. Betapa terkejutnya saya. Selama saya berkeliling pasar, saya tidak bisa menemukan apa yang saya cari. Semua batiknya bermotif Solo/ jogja atau pekalongan… yah kalo batik beginian mah, saya juga punya banyak. Aduh aneh, ternyata memang pemilik toko setelah saya Tanya ternyata mengambil dagangan dari Jawa, maka tak ayal susah menemukan batik Jambi yang khas itu.
Karena kecewa tak menemukan batik, akhirnya saya pulang saja ke Hotel… kebetulan malam itu adalah tepat U-19 maen bola.. , jeruk 1 kg dan keripik singkong buat camilan di hotel saya beli.Malam itu saya habiskan untuk melihat bola… dan persiapan untuk destinasi ke Candi Muaro Jambi.

1 komentar:

silakan tinggalkan komentar anda, bila tidak memiliki akun, bisa menggunakan anonim...